Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik.

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerbong Literasi

18 Oktober 2024   10:29 Diperbarui: 18 Oktober 2024   13:54 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI membaca dan berdiskusi dalam gerbong kereta | sumber: andc.tv

Malam-malam saya diisi dengan cerita-cerita yang membawa saya ke dunia yang berbeda, jauh dari kenyataan sehari-hari yang kerap membosankan. Namun kini, dunia saya diisi dengan deretan notifikasi tanpa henti. Dan tiba-tiba, saya rindu pada buku.

Di seberang saya, seorang ibu muda sedang membacakan cerita kepada anaknya. Buku bergambar warna-warni tampak mencuri perhatian bocah kecil itu, yang matanya berbinar-binar mengikuti setiap kata yang keluar dari bibir ibunya.

Saya tersenyum kecil, merasakan kehangatan di dada. Dunia mungkin semakin digital, semakin cepat dan canggih, tapi di sudut kecil gerbong ini, masih ada keajaiban yang hanya bisa ditemukan dalam halaman-halaman buku.

***

Pagi-pagi berikutnya, kebiasaan baru mulai saya perhatikan. Bukan lagi sekadar satu atau dua orang yang memegang buku, tapi beberapa penumpang lainnya pun terlibat dalam dunia mereka masing-masing, tenggelam dalam cerita-cerita yang tertulis di atas kertas. Gerbong kereta ini perlahan berubah menjadi perpustakaan berjalan.

Ada yang berbeda dalam tatapan orang-orang yang membaca ini. Mereka seolah lepas dari kesibukan dunia luar, memutuskan untuk memilih sejenak waktu bagi diri mereka sendiri.

Di antara deru mesin kereta dan hiruk pikuk kota yang tak pernah tidur, mereka menemukan kedamaian dalam cerita-cerita yang dibawa oleh buku.

Saya bisa merasakan perubahan kecil ini, semacam gerakan yang terjadi tanpa ada yang mengarahkan. Seperti gelombang tenang yang diam-diam menyapu tepian, mengubah garis pantai sedikit demi sedikit.

Kebiasaan ini ternyata bukan tanpa sebab. Ada kampanye kecil dari PT KAI yang saya ingat pernah melihatnya beberapa bulan lalu---kampanye sederhana yang mengajak penumpang untuk membaca selama perjalanan dan, jika memungkinkan, meninggalkan buku mereka di kereta untuk dibaca oleh penumpang lain.

Sebuah gerakan literasi yang perlahan merasuk dalam rutinitas harian, tanpa disadari tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar.

Saya teringat statistik dari UNESCO yang pernah saya baca. Minat baca masyarakat Indonesia konon hanya sekitar 0,001%. Satu dari seribu orang yang benar-benar membaca. Namun, pagi itu, saya meragukan angka tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun