Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik.

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Telepon Misterius Membawa Saya ke Rumah Presiden

16 Oktober 2024   13:17 Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: mundoadvogados.com.br

Senin sore yang biasa, saya sedang menikmati momen-momen hening sambil menyesap kopi hitam pekat dan membiarkan rokok kretek terbakar pelan di ujung bibir. Hidup tenang, tanpa drama---begitu pikir saya, sampai ponsel di atas meja bergetar. 

Nomor tidak dikenal. "Ah, paling penawaran asuransi lagi," gumam saya dalam hati. Namun, saat telepon diangkat, suara serius menyapa, "Selamat siang, ini dari rumah pribadi Presiden. Anda diminta hadir sore ini di Kertanegara."

Tunggu, apa? Saya menelan ludah. Rumah Presiden? Apakah ini prank? Belum sempat mencerna informasi itu, telepon terputus. Seperti disambar petir, saya terdiam sejenak. Tidak ada petunjuk jelas kenapa saya harus datang, tapi kata "Kertanegara" membuat lutut saya sedikit gemetar.

Persiapan (Yang Jelas Tidak Siap)

Panik. Dalam keadaan separuh sadar, saya langsung menggeledah lemari. Batik? Ah ya, ini acara resmi, dan saya cuma punya satu batik yang pantas---yang tidak terkena noda saus sate di acara kantor bulan lalu. Tapi ini masalah kecil dibandingkan ketakutan terbesar saya: apa yang akan saya katakan nanti?

"Kalau presiden bertanya soal kompetensi, saya jawab apa?" Bayangan pertanyaan berat berkecamuk di kepala. Saya duduk, mencoba memikirkan jawaban. 

Di tengah kebingungan, rokok kedua menyala. Sambil menatap ke kejauhan, saya memutuskan: "Apa saja boleh, Pak, yang penting halal." Jawaban ini sepertinya cukup aman dan fleksibel.

Kertanegara: Antara Kelas dan Keder

Setibanya di Kertanegara, atmosfernya seperti adegan film. Mobil-mobil mewah berdatangan satu per satu, mengeluarkan sosok-sosok yang jelas bukan orang sembarangan. 

Mereka dikawal, wajah-wajah yang sering muncul di TV. Wartawan berkerumun, lampu kilat menyambar-nyambar, dan mikrofon-mikrofon diarahkan ke tokoh-tokoh penting: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Fadli Zon, Sri Mulyani, bahkan Veronica Tan. Saya sempat membatin, "Apakah Sri Mulyani saat memilih batik dari lemari juga penuh kebingungan seperti saya tadi?"

Mereka semua turun dari mobil dengan gaya penuh percaya diri, seperti pahlawan film laga, lengkap dengan pengawal. Saya? Saya turun dari Grab. Sopirnya melirik saya dengan tatapan penuh tanda tanya, "Serius nih, Mas, ke rumah presiden?"

Wartawan? Tidak ada yang menoleh ke arah saya. Bahkan angin pun terasa tak peduli. Tapi anehnya, penjaga pintu justru menatap saya sedikit lebih lama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun