Di sisi lain, ada warga yang hidup di rumah-rumah sempit dengan risiko tinggi terhadap bencana. Ketimpangan ini mencerminkan salah satu masalah besar di perkotaan: ketidakadilan dalam distribusi ruang dan sumber daya.
Jakarta, sebagai ibu kota, telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, dan apartemen mewah terus tumbuh.
Namun, di balik kemajuan itu, terdapat warga yang tertinggal, yang harus berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal di sela-sela gemerlapnya kota. Mereka yang tinggal di kawasan padat seperti Tambora adalah korban dari perkembangan kota yang tidak merata.
Solidaritas Warga dan Harapan untuk Masa Depan
Namun, di tengah duka, kita juga melihat secercah harapan. Setelah kebakaran, banyak warga yang bahu-membahu membantu korban, memberikan bantuan seadanya, hingga menampung keluarga yang kehilangan tempat tinggal.
Solidaritas ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup dalam kesulitan, semangat gotong royong masih hidup di tengah masyarakat.
Tragedi ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa masalah perumahan bukan hanya soal tempat tinggal, tapi juga soal keselamatan dan martabat manusia. Sudah saatnya pemerintah, swasta, dan masyarakat bersatu untuk menemukan solusi yang berkelanjutan.
Kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap risiko yang dihadapi warga di kawasan padat penduduk. Perubahan harus dimulai dari sekarang, sebelum tragedi seperti ini terulang kembali.
Kakak-adik di Tambora mungkin telah pergi, tetapi kisah mereka harus menjadi pemantik bagi kita semua untuk bertindak.Â
Kita harus memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak yang kehilangan nyawa karena rumah yang seharusnya melindungi mereka justru berubah menjadi perangkap. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H