Seorang penulis duduk di depan laptop dengan layar kosong. Kursor berkedip-kedip seperti lampu alarm yang tidak diinginkan. Ide-ide? Tidak ada. Kreativitas? Lebih kering dari padang pasir.
Ini adalah situasi yang akrab bagi banyak penulis, baik yang baru menulis puisi pertama mereka maupun para veteran yang telah menghasilkan buku best-seller. Penyakit ini punya nama: writer's block.
Dan tidak ada yang lebih membosankan daripada mencoba mencari solusi untuk masalah yang sudah dibahas jutaan kali. Semua orang memberi tahu solusinya---jangan menyerah, coba meditasi, atau lebih ekstrem, tulis apapun bahkan jika itu hanya daftar belanjaan.
Tapi tunggu sebentar. Apa yang sebenarnya terjadi di balik writer's block? Apakah ini hanya masalah kurang ide, atau ada yang lebih mendalam? Dan bagaimana jika solusinya bukanlah menulis lebih banyak, tetapi justru mengambil langkah mundur, duduk santai, dan membaca? Ya, membaca.
Tapi sebelum Anda terburu-buru menutup artikel ini dengan alasan "sudah tahu," mari kita bongkar ini lebih dalam, dengan perspektif yang (semoga) belum pernah Anda dengar sebelumnya.
Writer's Block Bukan Tentang Menulis
Writer's block sering kali dikaitkan dengan hilangnya kreativitas, tetapi mari kita jujur. Banyak penulis yang sebenarnya tidak kehabisan ide; mereka hanya dilumpuhkan oleh ketakutan yang tidak masuk akal.
Ini bukan hanya ketakutan gagal, tetapi ketakutan aneh seperti "Bagaimana jika tulisan saya ini malah bikin pembaca ingin muntah?" atau "Bagaimana kalau ide ini sudah basi sebelum saya menyelesaikan paragraf pertama?"
Mendengar kecemasan semacam itu mengingatkan saya pada perasaan cemas yang sama ketika kita harus memilih sepatu yang tepat untuk pesta pernikahan sepupu.
Pilihan sepatu bukan masalah hidup dan mati, tapi anehnya terasa begitu penting. Begitu juga dengan penulisan. Dan itulah yang menggelikan---penulis yang menderita writer's block bukan karena mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tulis, tetapi karena mereka terlalu memikirkan dampak dari tulisannya. Ketakutan dan harapan besar ini bisa membekukan otak kreatif mereka.
Membaca Tidak Menyelamatkan?
Tentu saja, banyak penulis mungkin dengan skeptis akan berkata, "Bagaimana membaca bisa menyelamatkan saya dari masalah yang bahkan bukan tentang kekurangan ide?" Jawaban paling sederhana adalah ini: membaca adalah reset button untuk otak kreatif Anda.
Seperti bermain video game dan tiba-tiba menemui bos yang tidak bisa dikalahkan, terkadang yang Anda butuhkan hanyalah keluar dari permainan, menghirup udara segar, dan kembali dengan perspektif baru.
Jika writer's block adalah sebuah labirin, maka membaca adalah peta tersembunyi yang bisa membantu Anda menemukan jalan keluar. Ketika Anda membaca, otak Anda tidak bekerja keras untuk menghasilkan ide, melainkan menikmati proses menerima ide-ide yang sudah matang dari orang lain.
Otak penulis yang sedang kelelahan tidak perlu menciptakan, hanya menyerap. Proses ini, dalam jangka panjang, justru memberi otak kesempatan untuk bangkit kembali. Ini adalah istirahat yang produktif.
Stephen King & Toni Morrison: Pembaca dan Penulis
Penulis terkenal seperti Stephen King bahkan mempraktikkan teori ini. King pernah berkata,Â
"Jika Anda tidak punya waktu untuk membaca, Anda tidak akan punya waktu (atau alat) untuk menulis."
Itu jelas menunjukkan betapa pentingnya membaca dalam proses menulis, bahkan untuk seseorang yang menulis buku-buku sepanjang tol pantura.
Toni Morrison, seorang peraih Nobel, juga memberi pandangan serupa. "Reading is not merely an escape; it is access to a larger life." Membaca bukan sekadar cara melarikan diri, tetapi membuka dunia yang lebih luas.
Tapi, bagaimana sebenarnya membuka dunia lebih luas ini membantu mengatasi writer's block? Ketika Anda membaca, Anda bukan hanya berinteraksi dengan kata-kata di halaman, tetapi juga dengan dunia dan ide-ide yang ada di belakangnya.
Ini adalah percakapan diam-diam antara pikiran Anda dengan pikiran penulis lainnya. Dan percakapan ini memicu inspirasi yang tidak pernah Anda duga sebelumnya.
Mengapa Membaca Menghidupkan Ide-ide yang Mati?
Membaca adalah mesin waktu. Anda tidak hanya melompat ke masa lalu dengan membaca Dickens atau Melville, tetapi juga menjelajah masa depan dengan karya fiksi ilmiah atau tulisan modern.
Dalam proses ini, otak Anda tidak hanya diisi dengan informasi baru, tetapi juga dipaksa untuk berpikir ulang tentang cara-cara lama. Otak Anda seperti detektif yang tiba-tiba mendapat petunjuk baru dalam kasus yang sudah lama macet.
Setiap paragraf, setiap halaman yang Anda baca adalah bukti baru yang bisa Anda gunakan untuk memecahkan misteri kebuntuan Anda.
Salah satu alasan lain mengapa membaca sangat membantu adalah karena hal ini secara tidak langsung mengubah perspektif Anda. Ketika Anda membaca karya orang lain, Anda dipaksa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Dan terkadang, inilah yang sebenarnya Anda butuhkan---sebuah lensa baru untuk melihat masalah yang lama.
Jangan Hanya Baca, Pilih dengan Cerdas
Sekarang, tentu saja, tidak semua bacaan sama. Membaca 500 halaman tentang cara merakit lemari IKEA mungkin tidak akan membangkitkan semangat kreatif Anda (meski bisa menyelamatkan Anda dari pernikahan yang nyaris gagal karena lemari yang miring). Tapi, memilih bacaan yang sesuai dengan genre atau tema yang ingin Anda tulis bisa sangat membantu.
Misalnya, jika Anda menulis cerita horor, mengapa tidak membaca karya-karya klasik seperti Dracula atau cerita pendek Edgar Allan Poe?
Jika Anda menulis tentang hubungan manusia, mungkin membaca memoar atau novel kontemporer bisa memberi Anda sudut pandang baru. Membaca adalah seperti meminum vitamin untuk otak kreatif---pilih yang tepat dan hasilnya akan lebih terasa.
Konklusi yang Tidak Pernah Terpikirkan
Pada akhirnya, writer's block adalah masalah klasik, tetapi solusinya tidak perlu serumit yang kita bayangkan. Sering kali, kita terlalu berfokus pada cara menulis yang benar hingga lupa bahwa menulis adalah refleksi dari apa yang kita serap.
Dan di sinilah membaca menjadi penyelamat tersembunyi. Ketika otak kreatif Anda kehabisan bahan bakar, jangan paksa untuk menulis. Sebaliknya, berhentilah. Baca. Isi ulang pikiran Anda dengan ide-ide dari penulis lain.
Jadi, saat Anda mendapati diri Anda terjebak dalam kebuntuan kreatif, coba langkah yang jarang terpikirkan oleh banyak orang: letakkan pena atau tutup laptop Anda, ambil buku favorit Anda, dan bacalah. Lalu biarkan otak Anda mengerjakan sisanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H