Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Mantan Wapres yang Menyicil Rumah: Teladan Sederhana di Tengah Kehidupan Modern

7 Oktober 2024   13:51 Diperbarui: 7 Oktober 2024   15:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal TNI H. Try Sutrisno adalah Wakil Presiden Indonesia ke-6 periode 1993--1998 semasa muda| Sumber gambar: biograficom.com

Ada momen dalam kehidupan yang terkadang membuat kita terdiam, tertegun, seakan dipaksa bertanya kembali tentang apa arti kesederhanaan di masa kini.

Di tengah hegemoni pejabat yang berlimpah harta, ada satu kisah yang berbeda, yang sederhana, namun begitu dalam---cerita tentang mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.

Saat mendengar namanya, sebagian besar dari kita mungkin langsung terbayang sosok tegas seorang purnawirawan yang tak tergoyahkan, salah satu dari generasi pemimpin militer yang kuat dan berpengaruh. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik semua itu, Try Sutrisno adalah seorang yang, meski berada di puncak karier militer dan politik, harus mencicil rumahnya selama 15 tahun.

Tidak, ini bukan cerita dongeng. Inilah realita yang sering kali luput dari perhatian publik---terutama saat kehidupan modern begitu penuh dengan cerita-cerita tentang kekayaan instan dan ambisi yang melambung tinggi. Dalam keheningan, di balik pencapaiannya yang monumental, Try Sutrisno hidup dengan sikap yang sederhana.

Rumah yang Dibeli dengan Cicilan

 Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno| Sumber gambar: akamaized.net
 Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno| Sumber gambar: akamaized.net

Sekitar tahun 1986, setelah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Try Sutrisno diberikan kesempatan untuk membeli rumah dinas yang telah ia tempati. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan kariernya. Saat itu, rumah tersebut ditawarkan dengan harga Rp85 juta---sebuah nominal yang besar pada zamannya. Meski berada di posisi tinggi, Try Sutrisno tidak memiliki uang tunai untuk membayar rumah itu.

"Ini rumah saya, bukan korupsi, ini dari angkatan darat," ucapnya suatu kali dengan nada rendah hati, menyiratkan bagaimana kehidupan seorang jenderal tidak selalu sejalan dengan anggapan publik tentang kekayaan.

Akhirnya, rumah tersebut dibelinya dengan cara mencicil selama 15 tahun. Betapa cerita ini seperti sebuah ironi. Di masa sekarang, seorang mantan wapres yang sederhana mencicil rumah, sementara di sisi lain, kita mendengar banyak cerita tentang pejabat yang tiba-tiba memiliki rumah mewah atau kekayaan yang tak terbayangkan.

Nasionalisme Tanpa Pamrih

Kisah Try Sutrisno ini mengingatkan pada satu pelajaran penting: dedikasi tanpa pamrih kepada bangsa. Bagi sebagian kita, nasionalisme mungkin menjadi sesuatu yang abstrak, tetapi bagi Try Sutrisno, ini adalah prinsip hidup yang nyata. Seperti Dokter Wahidin Sudirohusodo yang terkenal sebagai penggagas kebangkitan nasional, Try Sutrisno mencerminkan semangat yang sama. Wahidin, dengan segala perjuangannya, adalah salah satu yang menginspirasi berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, tonggak penting dalam sejarah Indonesia.

Melihat pengorbanan Try Sutrisno, kita mungkin teringat pada sejarah-sejarah besar bangsa ini. Mereka yang berjuang di masa lampau, bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk generasi yang akan datang. Di tengah penghianatan-penghianatan terhadap kepentingan nasional yang semakin sering kita saksikan di era modern, sosok seperti Try Sutrisno menjadi cerminan bagi kita untuk tidak kehilangan arah.

Mengapa Masih Ada Harapan?

Terkadang kita mungkin bertanya-tanya, masih adakah harapan bagi bangsa ini?

Masih adakah pemimpin yang berjuang untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau golongan? Kisah Try Sutrisno, dengan segala kesederhanaannya, memberikan kita secercah jawaban: harapan masih ada, selama kita tidak melupakan nilai-nilai dasar yang dibangun oleh para pejuang bangsa.

Momen lain yang cukup menggugah adalah saat perayaan HUT TNI ke-79 di Monumen Nasional pada 5 Oktober 2024. Sebuah video singkat memperlihatkan Try Sutrisno, yang sudah lanjut usia, berdiri dengan susah payah dibantu istrinya, menanti untuk bersalaman dengan Presiden Jokowi. 

Namun, dalam perayaan itu, sang presiden secara tidak sengaja melewatinya tanpa menyadarinya. Momen tersebut cepat menjadi viral, bukan karena hal kecil tersebut, tetapi karena masyarakat melihat simbol besar di dalamnya.

Bagi banyak orang, sosok Try Sutrisno adalah bagian dari sejarah panjang TNI dan bangsa ini. Perjuangannya sejak era kemerdekaan hingga masa reformasi adalah bukti nyata dari dedikasi tanpa pamrih. 

TNI, sebagai institusi yang menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa, membutuhkan sosok-sosok yang mampu memimpin dengan integritas dan nilai-nilai kebangsaan, seperti yang ditunjukkan oleh Try Sutrisno.

Masa Lalu dan Masa Depan

Dalam perenungan yang lebih dalam, Try Sutrisno mewakili generasi pemimpin yang berakar kuat pada nasionalisme sejati.

Mereka yang percaya bahwa kebesaran bangsa ini bukan diukur dari kekayaan materi, melainkan dari dedikasi, kerja keras, dan pengorbanan.

Kita mungkin hidup di era di mana perubahan begitu cepat dan globalisasi telah mengubah lanskap sosial, politik, dan ekonomi. Namun, di tengah semua itu, kita tetap membutuhkan sosok-sosok yang bisa menjadi teladan, yang mampu menunjukkan jalan tanpa harus terjebak dalam godaan kekuasaan atau materi.

Seperti Dokter Wahidin yang menginspirasi lahirnya Budi Utomo dan kebangkitan nasional, Try Sutrisno, dengan segala kesederhanaannya, memberikan pesan yang kuat: kebangkitan bangsa ini bergantung pada karakter pemimpin yang jujur, tulus, dan penuh dedikasi. Dalam hidupnya, Try memilih untuk tetap berdiri dengan prinsip, walaupun dunia di sekitarnya mungkin berubah ke arah yang berbeda.

Melihat ke Depan: Kebangkitan Baru?

Apakah harapan masih ada? Jawabannya ada di tangan kita semua.

Kita mungkin tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di negeri ini, tetapi kita bisa belajar dari kisah-kisah seperti Try Sutrisno. Bahwa meskipun kita hidup di tengah dunia yang penuh dengan tantangan dan godaan, integritas dan dedikasi kepada bangsa tidak boleh hilang.

Kebangkitan Indonesia di masa depan tidak hanya bergantung pada kebijakan dan strategi pemerintah, tetapi juga pada bagaimana kita, sebagai bangsa, bisa terus mempertahankan nilai-nilai dasar yang diwariskan oleh para pendiri bangsa.

Try Sutrisno, dengan segala kerendahan hatinya, menunjukkan kepada kita bahwa ada kekuatan dalam kesederhanaan, dan ada harapan di balik ketulusan.

Kisahnya adalah pengingat bagi kita semua bahwa pemimpin yang baik bukan hanya soal jabatan atau kekuasaan, tetapi juga soal karakter dan dedikasi yang tulus kepada bangsa. Dan selama kita tidak melupakan pelajaran ini, Indonesia akan selalu memiliki harapan untuk bangkit kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun