Jika rumah adalah impian, mengapa jalan menuju ke sana terasa seperti labirin tanpa ujung?
Pertanyaan ini mungkin terlintas di benak setiap orang yang pernah mendambakan rumah sendiri. Dalam era modern di mana harga properti melambung tak terkendali, film Home Sweet Loan hadir sebagai cermin dari keresahan itu.Â
Melalui perjalanan seorang perempuan muda bernama Kaluna, film ini menangkap secara brilian perjuangan kelas menengah dalam meraih mimpi yang terlihat sederhana---tetapi bagi banyak orang, begitu sulit dijangkau.
Ketika lampu bioskop padam dan layar mulai menyala, kita disambut dengan pemandangan rumah yang penuh sesak. Rumah itu bukanlah tempat yang nyaman bagi Kaluna, melainkan sebuah ruang yang sempit, pengap, dan sesak dengan intervensi keluarga besar.Â
Di tengah hiruk-pikuk keponakan yang berlarian, Kaluna hanya bisa meresapi keinginannya yang sederhana: memiliki rumah sendiri. Dan di situlah kisah dimulai---perjalanan panjang Kaluna menuju impian yang berulang kali terhambat, baik oleh kenyataan finansial yang keras maupun beban keluarga yang terus menghimpit.
Potret Hidup Kelas Menengah di Indonesia
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Home Sweet Loan adalah salah satu film paling relevan yang dirilis tahun ini.Â
Kaluna adalah gambaran nyata dari banyak anak muda Indonesia yang tergabung dalam sandwich generation---mereka yang harus menanggung beban ganda: menjaga diri sendiri sambil mendukung keluarga besar yang masih bergantung. Kaluna bekerja keras sebagai pegawai kantoran, tetapi gaji yang tidak pernah menyentuh angka dua digit membuatnya hanya bisa bermimpi tentang memiliki rumah di Jakarta. Bukan karena kurang berusaha, tetapi karena sistem yang terasa tidak mendukung.
Film ini merangkum kenyataan pahit yang dialami generasi muda di kota-kota besar. Bukan hanya soal harga rumah yang terus melambung, tapi juga realitas bahwa banyak dari mereka masih tinggal dengan orang tua, seringkali bersama saudara-saudara yang sudah berkeluarga.Â
Konflik dalam film ini tidak terletak pada intrik yang megah, melainkan pada hal-hal kecil yang terasa sangat dekat dengan keseharian kita: pintu kamar yang rusak, token listrik yang habis, atau kipas angin yang berisik di tengah malam. Inilah potret hidup nyata yang diangkat oleh Home Sweet Loan---sederhana, namun menghantam hati kita dengan keras.
Konflik Internal dan Eksternal: Lebih dari Sekadar Soal Uang
Seperti halnya banyak film drama keluarga yang baik, kekuatan Home Sweet Loan terletak pada kompleksitas konflik yang dihadapi oleh karakter utamanya.Â