Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik.

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Junk Food ke Real Food, Pergeseran Tren Bekal Sekolah yang Perlu Kita Dukung

3 Oktober 2024   20:10 Diperbarui: 3 Oktober 2024   20:13 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI real food | Sumber gambar: dradarshsomashekar.co.in

Ini adalah contoh yang menunjukkan bahwa kebijakan dan sistem sekolah memiliki andil besar dalam membentuk kebiasaan makan sehat di kalangan anak-anak. Namun, di Indonesia, kebiasaan membawa bekal yang sering kali berisi makanan cepat saji atau olahan masih dianggap hal yang lumrah. Sekolah harus menjadi tempat yang mendorong perubahan pola makan ini, baik melalui program edukasi kesehatan maupun pemberlakuan regulasi yang ketat terhadap jajanan dan kantin sekolah.

Tantangan dalam Mempromosikan Real Food

Meski penting, normalisasi bekal sekolah dengan real food bukan tanpa tantangan.

Salah satu faktor utama adalah masalah praktis: kepraktisan makanan olahan membuat banyak orang tua memilihnya. Di tengah jadwal yang padat, pilihan untuk memasak sayuran segar atau mempersiapkan daging tanpa bahan pengawet sering kali terasa merepotkan. Di sinilah kita perlu menyadari bahwa perubahan kebiasaan tidak terjadi dalam semalam.

Selain itu, ada juga faktor ekonomi. Makanan segar dan organik sering kali memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan olahan yang lebih murah dan tahan lama. Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, banyak keluarga memilih untuk mengutamakan efisiensi biaya dibandingkan kualitas nutrisi. Namun, ini bukan berarti kita harus menyerah. Justru, ini menjadi alasan kuat mengapa penting untuk memberikan pemahaman yang benar tentang pentingnya investasi dalam makanan sehat bagi masa depan anak-anak kita.

Di sisi lain, tantangan budaya juga mempengaruhi normalisasi bekal real food. Kebiasaan makan cepat dan serba instan sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern, di mana makanan sering kali dianggap hanya sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dengan cepat. Kita lupa bahwa makanan adalah salah satu fondasi utama kesehatan yang akan berdampak jangka panjang.

Membangun Kebiasaan: Langkah Kecil Menuju Perubahan Besar

Mungkin salah satu langkah pertama yang bisa diambil oleh para orang tua adalah mulai memperkenalkan makanan sehat secara perlahan ke dalam bekal anak.

Kita tidak harus langsung mengganti seluruh isi bekal dengan makanan organik yang sempurna. Cukup dengan menambahkan sayuran segar, mengganti camilan manis dengan buah-buahan, atau memasukkan protein berkualitas yang lebih sehat, kita sudah mulai membangun kebiasaan baik.

Dengan melakukan ini secara konsisten, anak-anak akan mulai terbiasa dan mengasosiasikan makanan sehat dengan keseharian mereka. Tidak hanya itu, penting juga untuk melibatkan anak dalam proses persiapan bekal. Dengan demikian, mereka tidak hanya makan apa yang disiapkan, tetapi juga belajar untuk menghargai makanan yang mereka konsumsi.

Normalisasi Bekal Real Food: Investasi Jangka Panjang

Jika kita ingin membangun generasi yang lebih sehat, kita harus mulai dari hal-hal sederhana, salah satunya adalah bekal sekolah anak.

Bekal yang berisi real food tidak hanya memberi mereka energi untuk belajar dan bermain, tetapi juga menanamkan kebiasaan makan yang baik yang akan mereka bawa sepanjang hidup.

Lebih dari sekadar tren, memberikan real food kepada anak kita adalah bentuk investasi jangka panjang. Sebuah investasi yang tidak hanya menjaga mereka dari risiko penyakit kronis di masa depan, tetapi juga membentuk pola pikir bahwa kesehatan adalah hal yang harus diprioritaskan. Sekolah, orang tua, dan komunitas harus bekerja sama untuk mendorong normalisasi bekal dengan real food. Ini adalah langkah kecil, namun penuh makna, yang akan membawa perubahan besar dalam kesehatan generasi masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun