Jika kita perhatikan, media sosial memainkan peran besar dalam menciptakan tekanan yang tidak perlu ini. Di Instagram, TikTok, atau Facebook, kita melihat potret keluarga bahagia yang tampak sempurna. Kita melihat anak-anak yang selalu berprestasi, tersenyum, dan tampil rapi. Namun, apa yang sering tidak kita lihat adalah perjuangan sehari-hari yang ada di balik layar. Kita tidak melihat anak-anak yang tantrum, orang tua yang lelah, atau momen ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana.
Sebuah studi dari Pew Research Center tahun 2023 menemukan bahwa lebih dari 60% orang tua merasa tekanan yang berlebihan untuk menampilkan kehidupan keluarga yang sempurna di media sosial. Dampaknya, mereka merasa harus "berkompetisi" dengan orang tua lain dalam hal bagaimana anak-anak mereka dipersepsikan oleh publik. Hal ini tidak hanya meningkatkan stres pada orang tua, tetapi juga menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis tentang apa itu menjadi orang tua yang "baik."
Faktanya, tidak ada satu pun standar baku yang bisa mengukur seberapa baik kita sebagai orang tua. Yang ada hanyalah upaya kita untuk memahami kebutuhan anak, memberikan cinta tanpa syarat, dan mendidik mereka menjadi individu yang mandiri dan bahagia.
Menemukan Keseimbangan
Tentu, tidak ada yang salah dengan ingin anak kita berprestasi atau terlihat baik. Namun, jika itu menjadi tujuan utama dalam pengasuhan, maka kita sedang melangkah ke jalur yang salah. Mengasuh anak seharusnya tentang membantu mereka menemukan jati diri, bukan membentuk mereka sesuai dengan ekspektasi kita atau orang lain.
Psikolog klinis, Dr. Laura Markham, dalam bukunya Peaceful Parent, Happy Kids, menekankan pentingnya mendengarkan anak dan membiarkan mereka berkembang sesuai dengan kecepatan dan minat mereka sendiri. "Jika kita terlalu sibuk mengatur hidup anak-anak kita, kita mungkin mengabaikan hal-hal kecil yang sebenarnya paling penting---perasaan mereka, mimpi mereka, dan kebahagiaan mereka."
Dr. Markham juga mengingatkan kita bahwa apa yang terlihat sebagai kesuksesan di mata orang dewasa tidak selalu sama dengan apa yang dianggap anak-anak sebagai kebahagiaan. "Seorang anak yang merasa didengar, diterima, dan dicintai, bahkan ketika mereka tidak memenuhi ekspektasi akademis atau sosial tertentu, akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan kesehatan mental yang jauh lebih baik," tambahnya.
Refleksi untuk Orang Tua
Jika ada satu hal yang perlu kita refleksikan sebagai orang tua, itu adalah apakah kita mengasuh anak kita untuk kebahagiaan mereka, atau untuk memuaskan ego kita sendiri. Apakah kita mendidik mereka untuk membuat dunia kagum, atau untuk menjadi individu yang bahagia dan mandiri?
Mendidik anak bukanlah tentang membuat orang lain terkesan, melainkan tentang memberi mereka bekal terbaik untuk menghadapi dunia yang penuh tantangan. Dan bekal terbaik itu bukanlah pujian dari orang lain, melainkan cinta, dukungan, dan kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri.
Jadi, sebelum kita tergoda untuk memposting foto prestasi terbaru anak kita atau mengikuti tren parenting yang viral, mari bertanya pada diri sendiri: apakah kita melakukannya untuk mereka, atau untuk kita?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI