Saya lagi asyik cerita sama seorang teman, eh dia malah mainan HP, dong.
Fenomena ini bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita, apalagi generasi muda yang hidup di era serba digital. Begitu seringnya kita melihat atau mungkin mengalami sendiri, momen di mana sedang berbicara dengan seseorang, tapi tiba-tiba dia malah sibuk dengan ponsel di tangan. Fenomena ini dikenal dengan istilah phubbing, singkatan dari phone snubbing, yang artinya kurang lebih mengabaikan seseorang dalam percakapan karena terlalu fokus pada ponsel.
Bagi yang belum familiar, phubbing bukan cuma tentang kita mengabaikan orang lain dengan memandangi layar ponsel. Lebih dari itu, ini adalah representasi dari bagaimana teknologi mulai menggeser interaksi manusia secara langsung. Saat teman, keluarga, atau pasangan kita mulai "berselingkuh" dengan ponsel mereka di tengah obrolan, sering kali kita merasa seperti diabaikan, diacuhkan, atau bahkan tidak penting. Hayo, pernah nggak merasain?
Komunikasi Langsung vs. Distraksi Digital
Komunikasi atau mengobrol adalah interaksi antara dua orang atau lebih yang dilakukan hampir setiap hari. Caranya, satu pihak berbicara dan pihak lain mendengarkan, dengan tujuan berbagi informasi, baik itu ide, perasaan, maupun uneg-uneg. Proses ini bisa dibilang sederhana, namun butuh kedisiplinan dan empati yang tinggi untuk melakukannya dengan benar.
Namun, di zaman yang serba digital ini, mendengarkan dengan penuh perhatian bukan lagi kemampuan yang mudah ditemukan. Sering kali, obrolan terganggu oleh ponsel yang tiba-tiba berbunyi atau tangan yang reflek meraih gadget hanya untuk mengecek notifikasi. Sebuah survei oleh sebuah perusahaan riset bernama YouGov di tahun 2023 menunjukkan bahwa 62% orang dewasa muda mengakui sering kali terganggu oleh ponsel mereka saat sedang bercakap-cakap dengan orang lain .
Apa yang membuat situasi ini semakin menarik (atau memprihatinkan, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya) adalah fakta bahwa dalam komunikasi, kehadiran fisik seseorang bukan jaminan atas kehadiran mental mereka. Mungkin mereka sedang duduk di samping kita, tapi pikiran mereka terbang jauh mengikuti notifikasi dari ponsel. Akibatnya, interaksi yang tadinya diharapkan bisa menjadi momen berkualitas, malah berubah menjadi sesuatu yang terasa hampa.
Sejarah Phubbing: Siapa yang Salah?
Phubbing bukan fenomena baru, meski istilah ini baru booming beberapa tahun belakangan. Pada dasarnya, perilaku ini muncul seiring dengan semakin canggihnya teknologi ponsel. Kemampuan ponsel pintar yang semakin kompleks, dari sekadar alat komunikasi menjadi alat multifungsi---hiburan, pekerjaan, hingga media sosial---membuat kita selalu ingin terkoneksi dengan dunia maya. Dan, tanpa sadar, kita jadi lebih memilih berinteraksi dengan layar ketimbang orang di depan kita.
Seorang ahli komunikasi, Dr. James A. Roberts dari Baylor University, menyebutkan bahwa phubbing pada dasarnya adalah bentuk kecanduan yang tidak disadari. Menurutnya, orang yang melakukan phubbing secara konstan memiliki kecenderungan untuk mengalami kesulitan dalam mengendalikan dorongan mereka untuk mengecek ponsel, bahkan saat sedang bersama orang lain .
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Roberts, 46% responden menyatakan bahwa pasangan mereka sering melakukan phubbing saat mereka sedang mengobrol. Ironisnya, sebagian besar dari kita juga secara tidak sadar mungkin pernah melakukannya, dan bahkan menganggap itu hal yang wajar. Sebuah artikel di The Guardian menyebutkan bahwa kecenderungan untuk "terpecah" antara dunia nyata dan dunia digital ini merupakan salah satu dampak buruk dari teknologi yang semakin mengikat kita .
Bagaimana Anak Muda Melihat Phubbing?
Nah, di kalangan anak muda, fenomena ini menjadi semakin kompleks. Banyak yang melihat phubbing sebagai bagian dari gaya hidup modern. Ketika kita berkumpul bersama teman-teman, sering kali interaksi kita terpecah antara bercanda langsung dan menjelajahi media sosial. Satu sisi memang asyik, tapi di sisi lain, ini menciptakan jarak yang tidak terlihat di antara kita. Padahal, bukankah pertemuan langsung itu seharusnya dimanfaatkan untuk mempererat hubungan?
Menariknya, sebuah studi dari Universitas Kent di Inggris menemukan bahwa phubbing paling sering terjadi di antara generasi milenial dan Gen Z. Generasi ini tumbuh bersama teknologi, sehingga sulit bagi mereka untuk sepenuhnya melepaskan diri dari gadget. Saat menghadapi percakapan yang dirasa tidak terlalu menarik, mereka cenderung mencari hiburan di ponsel. Ini yang kemudian memicu kebiasaan phubbing .
Namun, ini bukan berarti generasi muda tidak peduli dengan fenomena tersebut. Banyak dari mereka yang mulai sadar akan dampak buruk phubbing, terutama dalam hubungan sosial. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2022 menunjukkan bahwa 74% responden muda mengakui bahwa mereka merasa tersinggung ketika lawan bicara mereka lebih fokus pada ponsel ketimbang percakapan yang sedang berlangsung. Bahkan, 43% dari mereka merasa hubungan mereka menjadi lebih renggang karena kebiasaan tersebut .
Phubbing dan Hubungan Sosial
Phubbing bukan hanya soal tidak sopan, tapi juga bisa berdampak pada kualitas hubungan interpersonal. Ketika seseorang merasa diabaikan dalam percakapan, mereka mungkin merasa tidak dihargai atau tidak penting. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak kepercayaan dan kedekatan dalam hubungan.
Seorang psikolog sosial, Sherry Turkle, dalam bukunya Reclaiming Conversation menjelaskan bahwa phubbing bisa menyebabkan "kesepian di tengah keramaian". Menurut Turkle, teknologi membuat kita terhubung secara luas, tapi hubungan yang tercipta sering kali dangkal. Akibatnya, kita kehilangan momen untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dengan orang-orang di sekitar kita .
Cara Mengatasi Phubbing
Lantas, bagaimana caranya kita mengatasi fenomena phubbing ini? Mengingat teknologi adalah bagian tak terpisahkan dari hidup kita, solusinya tentu bukan dengan membuang ponsel kita. Namun, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk meminimalisir dampaknya:
1. Sadari kebiasaan diri sendiri. Sebelum kita menuntut orang lain untuk tidak melakukan phubbing, kita perlu jujur pada diri sendiri. Seberapa sering kita tergoda untuk mengecek ponsel di tengah percakapan?
2. Buat aturan bersama. Saat berkumpul dengan teman atau keluarga, coba buat kesepakatan untuk menjauhkan ponsel selama obrolan berlangsung. Kalau memang perlu mengecek ponsel, sebaiknya minta izin terlebih dahulu.
3. Praktikkan mindfulness. Belajar untuk lebih hadir di setiap momen. Fokus pada percakapan, dengarkan lawan bicara dengan penuh perhatian, dan nikmati interaksi yang terjadi.
4. Jaga interaksi tatap muka. Jangan biarkan teknologi menghalangi kita untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang-orang di sekitar.
Kesimpulan
Phubbing mungkin sudah menjadi bagian dari kehidupan modern, tapi bukan berarti kita harus menerimanya begitu saja. Penting bagi kita, terutama generasi muda, untuk mulai menyadari dampak dari kebiasaan ini. Jangan sampai obrolan yang seharusnya mendekatkan malah membuat kita semakin jauh. Dan ingatlah, di tengah era digital ini, kehadiran fisik dan mental tetap menjadi hadiah paling berharga yang bisa kita berikan kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H