Pilkada Serentak 2024 adalah ujian bagi demokrasi Indonesia. Di satu sisi, kita melihat narasi populisme yang kerap dimainkan oleh para kandidat untuk meraih simpati rakyat.
Di sisi lain, kita menyaksikan bagaimana buzzer bekerja di balik layar, mengendalikan opini publik, dan membentuk narasi sesuai dengan kepentingan kelompok tertentu.
Dengan 1.553 pasangan calon kepala daerah dan 37 paslon tunggal yang akan menghadapi kotak kosong, Pilkada ini menjadi lebih dari sekadar kontes politik lokal.
Ini adalah momen krusial di mana masa depan demokrasi kita dipertaruhkan. Jika masyarakat tidak waspada terhadap peran buzzer dan narasi populis yang menyesatkan, kita berisiko kehilangan esensi dari demokrasi itu sendiri: kebebasan berpendapat, debat yang jujur, dan partisipasi yang otentik.
Untuk menjaga demokrasi yang sehat, penting bagi kita semua untuk tidak terjebak dalam jebakan buzzer dan narasi populis. Kita harus tetap kritis, memverifikasi informasi, dan mempertanyakan narasi yang viral di media sosial.
Pilkada 2024 bukan hanya tentang memilih pemimpin daerah, tetapi juga tentang mempertahankan integritas demokrasi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H