Di tengah peringatan Hari Tani Nasional, sejumlah gerakan masyarakat sipil juga menyerukan pentingnya regenerasi petani. Saat ini, profesi petani semakin kurang diminati oleh generasi muda. Banyak anak-anak petani yang lebih memilih meninggalkan desanya untuk mencari pekerjaan di kota. Kondisi ini mengancam masa depan ketahanan pangan nasional.Â
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus memberikan insentif bagi kaum muda yang ingin terjun ke dunia pertanian. Pendidikan vokasional di bidang pertanian, bantuan modal, serta akses teknologi pertanian modern menjadi beberapa solusi yang dapat diterapkan.
Mimpi dan Harapan
Pak Amin menatap sawahnya dengan pandangan jauh. Meski penuh tantangan, ia tetap berharap anak-anaknya bisa melanjutkan perjuangannya sebagai petani.Â
"Saya ingin anak-anak saya tetap menghargai tanah ini, tanah yang sudah memberikan makan bagi kita semua. Tapi saya juga berharap mereka bisa hidup lebih baik, tidak harus menghadapi kesulitan seperti yang saya alami."
Harapan Pak Amin mungkin terdengar sederhana, tetapi itu adalah cerminan dari mimpi jutaan petani kecil di seluruh Indonesia. Di balik setiap butir nasi yang kita makan, ada cerita perjuangan dan pengorbanan mereka.
Pada peringatan Hari Tani Nasional yang ke-64 ini, mari kita bersama-sama menghargai perjuangan petani. Aksi nyata dari setiap individu bisa dimulai dengan hal-hal kecil: membeli produk pertanian lokal, mendukung kebijakan yang berpihak pada petani, dan menyuarakan pentingnya keadilan agraria.
Selamat Hari Tani Nasional. Mari kita bangkit bersama untuk petani, selamatkan sawah, dan wujudkan kedaulatan pangan Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H