Salah satu pertanyaan yang paling mendalam dan tak pernah lepas dari kehidupan manusia adalah: Hidup itu mau cari apa?
Pertanyaan ini tampaknya sederhana, namun membawa kita pada kedalaman refleksi dan permenungan.
Bagi banyak orang, hidup adalah perjalanan yang terus berjalan, di mana jawaban atas pertanyaan ini berubah sesuai dengan fase-fase yang mereka lalui.
Namun, adakah satu jawaban yang absolut?Â
Jorge Luis Borges, seorang penulis dan filsuf asal Argentina, mungkin akan mengatakan bahwa: "Hidup adalah refleksi dari waktu, ilusi dari pilihan-pilihan yang sudah dibuat, dan kesadaran yang seringkali datang terlambat."
Dalam salah satu puisinya, Borges mengakui bahwa ia telah melakukan dosa terburuk yang bisa dilakukan seorang manusia: aku tidak berbahagia.
Refleksi ini bukanlah sekadar penyesalan pribadi, melainkan juga sebuah pelajaran penting tentang bagaimana kita menjalani hidup.
Apakah kita terus mengejar hal-hal yang kita anggap penting---karier, kesuksesan, pengakuan---tanpa menyadari apa yang sebenarnya kita cari?
Borges, dalam keindahan prosa yang puitis, mengajak kita melihat bahwa waktu tidak hanya sebuah kenyataan objektif, melainkan konstruksi subjektif pikiran kita.
"Hidup adalah serangkaian momen," katanya, "dan satu momen ketika seseorang menyadari siapa dirinya selamanya." Dalam konteks ini, pertanyaan tentang apa yang kita cari dalam hidup menjadi lebih rumit.