Dalam studi lain, para peneliti menemukan bahwa ketika kita membaca tentang pengalaman yang intens secara emosional, bagian-bagian otak yang sama dengan saat kita benar-benar mengalami hal tersebut aktif.Â
Inilah mengapa ketika kita menyelami novel yang bagus, kita sering kali merasa seolah-olah kita adalah bagian dari cerita tersebut. Bagi otak kita, cerita yang kita baca sama nyatanya dengan hidup yang kita jalani.
Membaca Buku adalah Revolusi Sunyi
Membaca bukan hanya tentang menambah informasi, tetapi tentang menjadi manusia yang lebih baik. Dalam dunia yang semakin mekanistik ini, kita kehilangan sentuhan dengan kemanusiaan kita yang terdalam.Â
Buku-buku adalah alat yang kita butuhkan untuk mengubah pola pikir, membangkitkan empati, dan menemukan kembali diri kita. Bukankah itu revolusi yang sebenarnya?Â
Dalam era yang penuh dengan TikTok dan Instagram Reels, mungkin tindakan paling radikal yang bisa kita lakukan adalah menenggelamkan diri kita dalam sebuah buku dan memberi otak kita kesempatan untuk benar-benar berpikir.
Maka, di tengah kekacauan dunia digital, buku tetap menjadi benteng terakhir bagi kemerdekaan intelektual kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI