Pandemi COVID-19 telah menyoroti dilema antara kebebasan individu dan tanggung jawab sosial. Konflik antara keinginan untuk menjaga kesehatan pribadi dan kebutuhan untuk melindungi masyarakat secara keseluruhan telah menjadi tantangan utama.Â
Hal ini menggarisbawahi pentingnya menemukan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan bersama dalam konteks masyarakat modern.
Refleksi: Apakah Empati Masih Relevan?
Dalam era individualisme yang semakin menonjol, konsep empati seringkali terlupakan. Padahal, kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain adalah kunci untuk membangun relasi sosial yang sehat dan bermakna.Â
Di tengah derasnya arus informasi digital, empati menjadi kompas yang memandu kita untuk tidak tersesat dalam kesepian dan terisolasi.
Pada akhirnya, pertanyaan "Me" atau "We" adalah tentang keseimbangan. Keseimbangan antara menjaga kepentingan pribadi dan memperhatikan orang lain.Â
Dan mungkin, dalam dunia di mana kita sering kali terjebak dalam lingkaran individualisme, kita perlu mengambil langkah mundur dan bertanya: seberapa sering kita benar-benar mendengarkan orang lain?
Menjadi peka terhadap emosi dan perasaan orang lain bukanlah tanda kelemahan. Di era di mana empati semakin langka, mari kita jadikan itu sebagai nilai yang kita pelihara bersama, untuk generasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H