Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apakah Sepak Bola Indonesia Masih Layak Dipercaya?

15 September 2024   18:11 Diperbarui: 15 September 2024   18:41 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: aceh.tribunnews.com/Eko Agus Suwarno wasit yang mengadili jalannya pertandingan Aceh vs Sulawesi Tengah)

Saat seluruh negeri bersorak merayakan prestasi Timnas ahir-ahir ini, di sudut lain, sepak bola Indonesia sedang berdarah-darah. 

Pemukulan terhadap wasit di PON XXI 2024 adalah luka terbuka yang mengungkap penyakit kronis dalam sepak bola kita.

Wasit yang bertugas dipukul oleh pemain, sebuah insiden yang tak hanya mencoreng citra kompetisi, tetapi juga menjadi cerminan krisis integritas wasit di sepak bola Indonesia. 

Dalam insiden ini, kekerasan terhadap wasit tidak dapat dianggap sebagai kejadian terpisah. Ini adalah puncak dari permasalahan yang lebih dalam, sebuah krisis kepercayaan yang mengancam masa depan olahraga terpopuler di Indonesia.

Krisis Sistemik Bukan Sekadar Kesalahan Individu

Masalah integritas wasit di Indonesia bukanlah persoalan satu atau dua wasit yang lalai. Ini adalah masalah sistemik yang melibatkan kelemahan dalam pelatihan, pengawasan, dan evaluasi. 

Wasit seringkali menjadi korban dari tekanan internal dan eksternal, mulai dari intervensi pihak-pihak berkepentingan hingga kurangnya dukungan untuk meningkatkan profesionalisme mereka. 

Insiden di PON XXI hanyalah satu dari banyak contoh yang menunjukkan bahwa tanpa reformasi menyeluruh, sepak bola Indonesia akan terus berada di bawah bayang-bayang ketidakadilan.

Kegagalan sistem dalam membina wasit telah menciptakan situasi di mana keputusan yang kontroversial menjadi hal biasa. Hal ini tentu merusak kepercayaan suporter, yang melihat wasit sebagai sosok yang tidak lagi netral. 

Suporter, yang seharusnya mendukung dengan semangat positif, kini merasa dikhianati oleh kejanggalan yang terus berulang di lapangan. 

Akibatnya, sponsor yang awalnya tertarik untuk mendukung perkembangan sepak bola nasional mulai ragu, karena mereka khawatir citra buruk ini akan memengaruhi reputasi mereka.

Tuntutan Reformasi yang Mendesak

Untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia, reformasi terhadap sistem perwasitan harus menjadi prioritas. Pertama, peningkatan kualitas pelatihan wasit harus ditekankan. 

Pelatihan tersebut tidak hanya harus fokus pada aspek teknis, tetapi juga pada pengembangan mental dan fisik yang tangguh. Wasit diharapkan mampu membuat keputusan yang adil di bawah tekanan, namun hal ini hanya mungkin jika mereka diberikan pembekalan yang memadai.

Transparansi dan akuntabilitas dalam proses evaluasi kinerja wasit juga menjadi kebutuhan mendesak. Mekanisme pengaduan yang independen harus disiapkan agar masyarakat sepak bola dapat mengawasi secara objektif. 

Evaluasi berkala yang transparan akan membantu mengurangi kekhawatiran tentang adanya kepentingan tersembunyi dalam setiap keputusan wasit.

Selain itu, teknologi dapat menjadi alat penting dalam meningkatkan kepercayaan terhadap keputusan wasit. Penggunaan VAR (Video Assistant Referee) harus diperluas di berbagai kompetisi, termasuk liga domestik dan turnamen nasional. 

VAR telah terbukti mampu mengurangi kontroversi di banyak negara, dan Indonesia tidak boleh tertinggal dalam adopsi teknologi ini.

Tanggung Jawab Bersama dalam Reformasi

Namun, reformasi tidak hanya bisa dibebankan pada wasit. PSSI sebagai induk sepak bola nasional memegang tanggung jawab utama dalam memimpin perubahan ini. 

PSSI harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan wasit dengan memberikan dukungan penuh dalam hal pelatihan, pengawasan, dan evaluasi.

Di sisi lain, pemain dan ofisial juga harus diberi pemahaman tentang pentingnya menghormati keputusan wasit. Edukasi tentang sportivitas perlu digalakkan agar tindakan-tindakan kekerasan terhadap wasit dapat dicegah. 

Tindakan seperti pemukulan terhadap wasit tidak hanya melukai individu, tetapi juga melukai integritas sepak bola itu sendiri.

Suporter juga memiliki peran penting. Mereka adalah energi di balik kemeriahan setiap pertandingan. Namun, mereka harus berperan dalam menciptakan atmosfer positif yang mendukung fair play. 

Kekerasan dan tekanan berlebihan terhadap wasit di luar lapangan hanya akan memperparah krisis ini.

Media juga harus berperan lebih bertanggung jawab. Pemberitaan yang sensasional seringkali memanaskan situasi, alih-alih menawarkan solusi. 

Media diharapkan dapat membantu mengedukasi publik tentang pentingnya reformasi, bukan hanya mengeksploitasi kesalahan wasit untuk mendapatkan perhatian.

Masa Depan Sepak Bola Indonesia

Krisis integritas wasit adalah panggilan bagi kita semua untuk bersatu membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik. Dari PSSI, klub, pemain, wasit, hingga suporter, setiap elemen harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang menjunjung tinggi sportivitas dan keadilan. Masa depan sepak bola Indonesia ada di tangan kita.

Jika kita terus membiarkan krisis ini berlanjut, kita akan kehilangan lebih dari sekadar pertandingan yang adil. Kita akan kehilangan kepercayaan, kebanggaan, dan masa depan sepak bola nasional. 

Kini saatnya bertindak, bukan hanya menyalahkan. Reformasi adalah jalan satu-satunya, dan kita semua bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Sepak bola Indonesia masih layak dipercaya, tetapi hanya jika kita bersedia memperbaiki apa yang jelas-jelas terbukti salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun