Padahal, gratifikasi adalah bibit dari kejahatan yang lebih besar.Â
Kita semua ingin perubahan.Â
Kita ingin masyarakat yang adil, di mana tidak ada yang diperlakukan istimewa hanya karena membawa amplop.Â
Kita ingin anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi integritas, bukan mengajarkan mereka bahwa memberi hadiah adalah jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu.Â
Karena itu, kita harus mulai menolak praktik ini---mulai dari hal-hal kecil, seperti menolak menerima hadiah dalam bentuk amplop, atau buah tangan dari seseorang yang seharusnya tidak berkepentingan.Â
Kita tidak bisa membiarkan siklus ini terus berlanjut.Â
Nepotisme, korupsi, dan gratifikasi adalah musuh utama dari masyarakat yang kita impikan.Â
Jika kita tidak mengambil sikap sekarang, generasi berikutnya akan tumbuh dengan nilai-nilai yang terdistorsi---nilai-nilai di mana uang lebih penting daripada keadilan, di mana hubungan lebih bernilai daripada meritokrasi.Â
Sebagai masyarakat yang peduli, kita harus bersuara dan menuntut perubahan.Â
Ini bukan hanya tentang amplop di acara pernikahan, ini tentang mentalitas yang telah menancap begitu dalam di benak kita.Â
Dan sampai kita benar-benar mengubah cara berpikir kita, mimpi tentang Indonesia yang adil dan bebas korupsi akan tetap menjadi sekadar mimpi.