Musim hujan telah tiba dan saat ini waktu yang tepat untuk melakukan penanaman pohon baik untuk kegiatan produktif, rehabilitasi, penghijauan maupun kegiatan pengkayaan atau penyulaman tanaman. Untuk lokasi yang baru akan ditanam, pemilihan jenis pohon perlu dilakukan dengan cermat agar pertumbuhannya optimal. Setiap jenis pohon memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda- beda, sehingga untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan pemilihan jenis pohon menjadi penting.Â
Konsep umum dalam pertimbangan pemilihan jenis pohon adalah bagaimana menyesuaikan antara persyaratan yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon dengan kondisi dan ketersediaan daya dukung lingkungan tumbuhnya beserta teknik budidayanya, pemeliharaan hingga penanggulangan terhadap hama dan penyakit.
Kalau kita akan melakukan kegiatan penanaman pohon, biasanya pertanyaan yang muncul adalah jenis pohon apa yang akan ditanam? Pertanyaan tersebut biasanya muncul karena adanya keinginan menanam pohon yang dapat tumbuh baik sehingga dapat menghasilkan kayu, buah, biji ataupun yang hasil ikutan lainnya dan sekaligus memperbaiki lingkungan.Â
Pertanyaan kedua adalah berkaitan dengan apakah pohon tersebut akan tumbuh baik dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini biasanya terkait dengan tingkat kesuburan tanah dan kesesuaian agroklimat.Â
Ketidakcocokkan dalam hal kesuburan tanah mungkin dapat diatasi dengan upaya pemupukan dan pengembalian kesuburan tanah. Tetapi terkadang upaya-upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah juga memerlukan biaya yang sangat tinggi sehingga upaya penanaman menjadi tidak efisien dilihat dari sisi ekonomi. Oleh karena itu pemilihan jenis pohon yang tepat dan sesuai menjadi suatu hal yang harus dipahami sehingga tidak membuang waktu, energi dan biaya dan pada gilirannya peningkatan produktivitas dapat dicapai secara optimal.
Secara umum pertimbangan dalam memilih jenis pohon dalam kegiatan penanaman ditentukan oleh tujuan penananaman, kesesuaian dengan kondisi lahan, kemampuan membudidayakan dan ketersediaan bibit. Berikut diuraikan beberapa pertimbangan dalam memilih jenis pohoin dalam kegiatan penanaman, baik untuk lahan/kebun sendiri maupun untuk tujuan lainnya.
1. Tujuan Penanaman
Tujuan penanaman merupakan pertimbangan utama dalam menentukan jenis pohon yang akan ditanam di suatu tempat. Tujuan penanaman biasanya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu ekonomi, ekologi dan sosial.
a. Tujuan ekonomis
- Untuk diambil kayunya : penanaman pohon untuk tujuan produksi kayu untuk bahan bangunan atau mebel akan berbeda dengan tujuan untuk industri kertas karena umumnya memerlukan persyaratan teknis yang berbeda pula. Masyarakat umumnya memilih pohon yang menghasilkan kayu yang memiliki nilai ekonomi untuk dijual bila telah tiba waktu panen. Pohon yang diambil kayunya saja antara lain jati, mahoni, jabon, bitti, sengon, dan sebagainya. Masyarakat di daerah Kabupaten Pangkajene Kepulauan misalnya, untuk penanaman di lahan milik mereka menyukai jenis tanaman jati dan sengon serta telah memiliki pengalaman yang baik dalam menanam kedua jenis pohon tersebut.
- Untuk diambil hasil non kayu : hasil non kayu merujuk pada hasil pohon selain kayu seperti buah, biji, bunga, getah maupun bagian tanaman lainnya. Umumnya terdapat beberapa jenis pohon atau bahkan banyak yang dirasa cocok/potensial menjadi pilihan, misalnya lokasi penanaman di daerah Sulawesi Selatan dimana banyak masyarakat di lahan miliknya memilih tanaman tertentu karena sesuai dengan kondisi lahan. Jenis pohon yang menghasilkan buah seperti durian, mangga, pala, jambu, rambutan, dsb. Masyarakat di daerah seperti di Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur sangat menyukai tanaman durian, duku, rambutan maupun jengkol untuk dibudidayakan. Pohon yang diambil biji antara lain kopi, kemiri, pala, yang banyak diusahakan oleh masyarakat wilayah pegunungan. Terdapat pula pohon yang diambil bunganya saja antara lain cengkeh, kenanga, sedap malam, dsb. Pohon yang diambil mix yaitu kayu dan buah, atau kayu dan bunga atau seluruh bagian tanaman tersebut seperti buah kelapa.
- Dalam rangka mendukung ekowisata : pemilihan jenis pohon untuk ditanam dalam rangka mendukung obyek wisata atau hutan kota harus memperhatikan estetika dan keindahan serta kemudahan dalam perawatan. Jenis pohon yang sering ditanam untuk mendukung pengembangan wisata seperti cemara, ketapang, jasmin, dsb.
b. Tujuan ekologis
Untuk tujuan ekologis, penanaman dilakukan pada lokasi lahan kritis dan hutan rakyat maupun area dalam rangka untuk reduksi pemanasan global, mencegah erosi dan banjir, mengatur tata air dan tujuan ekologi lainnya. Tanaman berkayu hampir semua dapat dimanfaatkan untuk penetingan ekologis. Penanaman pohon pada lahan seperti hutan kota, lahan perumahan, pinggir jalan raya, pinggir sungai dan sebagainya harus memperhatikan berbagai hal. Pada hutan kota yang sempit dan berbagi dengan ruang area terbuka, maka jangan menanam jenis pohon bertajuk lebar. Demikian pula pada area pinggir jalan dekat dengan lampu merah, maka pilihan pada tanaman yang memiliki batang lurus, minim percabangan dan memiliki perakaran kuat dan tidak mudah rubuh.
c. Tujuan sosial
Tujuan sosial biasanya berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup manusia dan untuk mencegah stress dan kesehatan mental lainnya. Penanaman untuk tujuan sosial dilakukan di sekitar perumahan, sekolah, gedung perkantoran, dsb. Â Jenis pohon yang dikembangkan antara lain ketapang kencana, glodokan tiang, tanjung, bogenvile, flamboyant, tabebuya, kamboja, dsb.
2. Kesesuaian dengan kondisi lahan
Setiap jenis tanaman memerlukan tempat tumbuh yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan jenis harus sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanami agar dapat tumbuh dengan maksimal. Persyaratan tempat tumbuh tersebut terutama:
- iklim (curah hujan, bulan basah/bulan kering, dll)
- jenis tanah,
- kesuburan tanah,
- intensitas terkena cahaya matahari
- pH tanah dan
- ketinggian tempat
Kalau direncanakan lebih dari satu jenis tanaman atau dicampur ada yang harus diperhatikan lagi yaitu; kebutuhan cahaya tidak sama (toleran dan intoleran) dan jenis perakaran tidak sama (perakaran dangkal dan perakaran dalam). Hal ini penting agar tidak bersaing dalam pertumbuhannya. Kesuburan tanah dan pH pada batas tertentu mungklin dapat diperbaiki, tetapi bila perbedaannya jauh dari persyaratan yang diperlukan oleh jenis pohon yang akan ditanam maka dampaknya menjadi mahal untuk perbaikannya.
Misalnya suatu lokasi penanaman dengan ketinggian tempat berkisar 100 meter hingga 300 meter dari muka laut dengan kondisi tanah sedikit berkapur, curah hujan antara 1.500 -2000 mm per tahun dengan kesuburan tanah yang cukup. Maka jenis pohon yang cocok adalah tanaman jati yang merupakan pilihan utama. Contoh lain : Tanaman kopi arabika, dapat tumbuh tumbuh optimal pada ketinggian > 900 mdpl, suhu 10 -- 20 derajat celcius, curah hujan 2000-3000 mm per tahun, jenis tanah latosol dan vulkanis serta pH tanah 5 -- 6,5. Jadi setiap tanaman yang akan dipilih harus dipertimbangkan baik-baik persyaratan tumbuh optimalnya.
3. Kemampuan dalam membudidayakan pohon
Pemilihan jenis pohon apabila sudah sesuai dengan tujuan dan kondisi lahan, maka selanjutnya harus mempertimbangkan kemampuan dalam melakukan budidaya. Mengembangkan suatu jenis pohon tidak hanya sekedar menanam saja, akan tetapi bagaimana memelihara pohon tersebut sampai tumbuh dan besar.Â
Teknik-teknik seperti pengaturan jarak tanam, interval pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, dan sebagainya harus dikuasai dengan baik. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa jenis pohon yang ditanam pada saat musim hujan, tidak perlu lagi dilakukan pemeliharaan. Pendapat seperti ini tentunya salah dan perlu mendapat perhatian. Pohon yang ditanam harus dipastikan memperoleh pemeliharaan yang baik dan teratur dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan pohon. Kegagalan terbesar kegiatan penanaman dan rehabilitasi lahan karena tidak adanya pemeliharaan pohon pasca penanaman.
Selain itu pula kemampuan dalam pencegahan hama dan penyakit harus benar-benar diperhatikan. Jenis pohon yang dipilih mungkin sudah sesuai tujuan dan tersedia benihnya tetapi kadang-kadang sangat mudah diserang hama atau penyakit sehingga untuk ditanam dalam jumlah banyak dalam sistem monokultur sangat peka. Jenis seperti ini sebaiknya dihindari, sehingga perlu alternatif ke jenis potensial yang lain. Misalnya di Kabupaten Maros, terdapat lokasi yang cocok baik untuk tanaman jati dan mahoni. Jenis mahoni sangat rentan dengan penyakit mati pucuk sebagai akibat serangan serangga jenis Hypsiphylla. Hama ini sering mengakibatkan pohon mahoni bercabang-cabang dan atau tumbuh bengkok sehingga kualitas kayunya rendah dan kecepatan tumbuhnya agak terganggu. Berbeda dengan jenis pohon jati yang telah lama menjadi tanaman asli atau substitusi yang memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit cukup baik. Dengan demikian dari penapisan ini tanaman jati merupakan pilihan untuk ditanam.
4. Ketersediaan bibit
Jika ketiga aspek diatas telah dipenuhi maka satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan bibit dari jenis pohon yang akan ditanam. Seringkali bibit yang dinginkan ternyata tidak tersedia di sekitar lahan penanaman dan jika ada, lokasi pembibitannya sangat jauh dan membutuhkan biaya transportasi yang cukup tinggi. Bibit tertentu jika didatangkan dari tempat yang jauh, selain cukup mahal juga resiko kematian atau rusak selama perjalanan. Oleh karena itu, ketersediaan bibit tidak hanya bagaimana memperoleh bibit dari jenis pohon yang diinginkan berada pada lokasi tanam. Lebih jauh lagi adalah tentang bagaimana masyarakat atau individu mampu untuk mengembangbiakkan sendiri bibit yang diinginkan dengan tingkat kualitas yang baik.
Kemampuan masyarakat dalam melakukan pembibitan harus memperhatikan bagaimana menghasilkan bibit yang berkualitas. Bibit berkualitas memiliki ciri-ciri seperti potensi hasil tinggi, cepat tumbuh dan berbuah, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap stres lingkungan dan sebagainya. Bibit yang baik tidak harus bersertifikat yang diperoleh dari produsen benih tetapi dapat diproduksi sendiri asalkan dengan metode yang benar. Untuk memproduksi bibit berkualitas harus diperhatikan budidaya dan pengelolaan yang sesuai dengan pedoman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pohon dapat menjadi indukan atau sumber benih antara lain pengaturan jarak tanam yang cukup, pemupukan, pengairan, perlindungan terhadap organisme pengganggu tanaman, roguing (pembuangan tanaman tipe simpang atau tanaman yang tidak dikehendaki misalnya gulma, jenis lain, kultivar lain akibat terjadinya segregasi, mutasi dan lain-lain).
Jika bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang dibeli dari produsen atau pembibitan di tempat lain, maka sebelum membeli harus benar-benar dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Bibit yang dijual biasanya tersimpan dalam polybag dan dalam jumlah banyak. Penting untuk dilakukan pengambilan sampel untuk mengetahui apakah bibit dalam kondisi sehat atau tidak.Â
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa akar dalam polybag. Mungkin ini agak sedikit repot, tetapi harus dilakukan untuk mengetahui kesehatan akar dan kemampuan akar dalam memegang tanah. Selanjutnya pemeriksaaan untuk batang dan daun, apakah terdapat serangan hama dan penyakit. Batang dan daun yang baik tidak memiliki fisik yang aneh serta secara visual terlihat sehat dengan pertumbuhan normal.
Keempat pertimbangan diatas merupakan pertimbangan utama yang perlu diperhatikan apabila kita akan menanam pohon baik dalam lingkungan perumahan, pinggir jalan, pinggir sungai, kebun, lahan kososng maupun untuk kegiatan penanaman tanaman produktif dan tanaman rehabilitasi. Khusus untuk mengetahui jumlah kebutuhan bibit, maka perlu diketahui luas area atau lahan yang akan ditanam. Dengan mengetahui luas lahannya, maka jenis dan jumlah kebutuhan bibit dapat lebih direncanakan sejak dini.Â
Selanjutnya adalah mengetahui posisi areal penanaman. Apakah berlokasi di dekat dengan bangunan, pagar, tiang listrik, jalan, atau fasilitas umum lainnya. Hal yang harus diperhatikan juga adalah potensi ketinggian pohon optimal di lokasi penanaman pohon. Jika kabel listrik berada di atas area penanaman, Â harus memastikan jika pohon dewasa tidak akan menyentuhnya. Jika banyak kabel optik, maka harus diperhatikan pula jenis tanaman yang sesuai. Selain itu pula, ukuran pohon yang terlalu besar di depan rumah dapat berimplikasi pada sinar matahari yang bisa ke dalam rumah. Atau jika penanaman merupakan pengkayaan pada kebun yang sudah ada pohon besarnya dan cukup ternaungi, maka jenis pohon yang dipilih adalah pohon yang tahan naungan dan tidak berkompetsisi dengan induknya.
Pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon diatas kiranya dapat memberikan pemahaman baik kepada para pihak dan masyarakat pada umumnya bagaimana mempertimbangkan memilih jenis pohon untuk ditanam. Sebagai contoh terakhir adalah dalam program penghijauan dan rehabilitasi lahan, biasanya jenis pohon yang dipilih adalah jenis pohon cepat dan mudah tumbuh pada lahan kritis dengan tutupan lahan terbuka. Jenis pohon cepat tumbuh mampu menstabilkan dan memperbaiki kondisi tanah.Â
Selain itu pula, untuk pemberdayaan masyarakat di daerah perdesaan, jenis pohon yang cocok adalah pohon cepat tumbuh dengan daur yang pendek dan cepat laku di pasaran. Untuk kedua tujuan tersebut, maka jenis pohon seperti Albizia falcataria menjadi pilihan terbaik untuk dikembangkan. Sebagai simpulan adalah bahwa dalam memilih jenis pohon yang akan ditanam harus mempertimbangkan beberapa aspek sebagaimana disebutkan diatas agar pertumbuhan pohon dapat optimal. Pohon yang tumbuh dengan baik memiliki masa pertumbuhan yang lebih cepat, adaptif terhadap lingkungan, dan tidak terserang hama penyakit dan mampu memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H