Mohon tunggu...
Adias MuhammadSyihan
Adias MuhammadSyihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi di Telkom University

Adias M. Syihan adalah seorang mahasiswa Ilmu Komuniksi Telkom University yang memiliki ketertarikan akan belajar mengenai sejarah dunia dan sejarah Indonesia sekaligus mempunyai semangat akan mengeksplorasi hal-hal baru melalui bidang jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nostalgia Permainan Tradisional Masyarakat Sunda di Museum Sri Baduga

12 November 2023   13:51 Diperbarui: 12 November 2023   14:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kunjungan ke Museum Sri Baduga yang menyediakan kekayaan budaya Sunda ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga untuk mengenal sejarah akan masyarakat Sunda ditengah fenomena krisisnya identitas akan budaya di Indonesia. Masyarakat Sunda merupakan salah satu kelompok masyarakat di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Kelompok masyarakat yang menempati wilayah Jawa Barat dan sekitarnya ini memiliki nilai historis dalam berbagai hal, seperti kesenian, tarian, musik, hingga permainan tradisional. Keanekaragaman budaya inilah yang merefleksikan hubungan yang harmonis masyarakat Sunda dengan warisan budayanya.

Diantara agungnya patung-patung peninggalan zaman Megalitikum dan kemewahan pakaian-pakaian adat tradisional Sunda, di Museum Sri Baduga tersimpan juga koleksi alat-alat permainan tradisional sunda yang menemani masa kecil dari generasi ke generasi.  Permainan dan anak-anak tidak bisa dipisahkan karena kesehariannya dihabiskan dengan cara bermain. Secara alami, yang menjadi permainan pertama seorang anak adalah permainan yang diperoleh dari turun-temurun, dengan berbagai jenis seperti yang bersifat rekreatif atau hiburan, kompetitif, hingga edukatif. Alat-alat permainan tradisional Sunda ini bukan hanya memegang peranan sebagai hiburan belaka, tetapi juga penting untuk memelihara warisan kearifan lokal yang sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan modernisasi seperti lahirnya barang-barang permainan elektronik semacam Playstation, Xbox, dan komputer. Melalui pembahasan ini, harapannya masyarakat terutama generasi muda mampu meningkatkan wawasannya mengenai budaya Sunda melalui alat permainan tradisionalnya sembari melestarikan budaya. 

Berikut adalah beberapa alat-alat permainan tradisional masyarakat sunda yang dipakai untuk mewarnai hari-hari masa kecil mereka. Penasaran kan? Yuk kita bahas!

1. Otopet

Otopet merupakan permainan anak berupa sebuah papan kecil dengan roda menggunakan pegangan sejenis setang. Cara memainkannya adalah dengan cara berdiri lalu diluncurkan menggunakan kaki kanan sebagai pendorongnya, kaki kiri berada diatas papan otopet sebagai penyeimbang, dan tangan berada diatas setang mengatur arah laju dari otopet. Otopet atau yang sering dikenal juga sebagai skuter dorong mempunyai sejarah yang kental sebagai permainan tradisional masyarakat Sunda. Hal ini adalah cerminan dari kebiasaan dan pola hidup masyarakatnya karena otopet ini digunakan sebagai alat transportasi ringan. Selain itu juga, otopet merupakan produk akhir dari bagaimana kreatifnya masyarakat sunda. Otopet tradisional biasanya terbuat dari bahan bahan yang tersedia di alam seperti kayu, bambu dan bahan lainnya. Meskipun dengan keterbatasan akan akses teknologi, masyarakat Sunda tahu bagaimana caranya membuat sesuatu yang menyenangkan dengan memaksimalkan bahan-bahan yang ada. Dilihat dari jenisnya, permainan otopet ini termasuk kedalam jenis permainan yang bersifat edukatif karena mengajarkan anak-anak mengenai keseimbangan juga dalam hal motorik yang tentunya penting dalam perkembangan anak-anak.

2. Sepeda Roda Tiga

Sepeda Roda Tiga biasanya menjadi andalan oleh anak kecil yang belum bisa menggunakan sepeda roda dua. Sepeda roda tiga ini umumnya dipakai sebagai batu loncatan untuk belajar menggunakan sepeda roda dua nantinya. Ternyata sepeda jenis ini sudah ada sejak tahun 1950-an. Sama seperti Otopet, permainan sepeda roda tiga ini termasuk kedalam jenis permainan yang bersifat edukatif karena memberikan wawasan tentang keseimbangan dalam berkendara yang mana hal ini bisa menjadi bekal untuk mempelajari sepeda roda dua dan sepeda motor nantinya. Sepeda roda tiga ini juga menjadi sarana transportasi ringan seperti Otopet yang digunakan oleh anak kecil terutama yang berada di lingkungan pedesaan masyarakat Sunda.

3. Momobilan

Momobilan atau dalam bahasa Indonesia berarti mobil-mobilan merupakan permainan tradisional yang berwujud sebuah miniatur mobil dimainkan dengan cara didorong ataupun ditarik sehingga momobilan tersebut bergerak layaknya mobil sungguhan. Momobilan ini biasanya dibuat dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar atau di alam. Barang-barang bekas seperti sandal, kaleng, kardus hingga bahan-bahan alam seperti kayu dan bambu dimanfaatkan untuk permainan rekreatif ini. Orang-orang yang tinggal di pedesaan pastinya sudah tidak heran dengan pemandangan sore anak-anak yang membawa momobilan ini.

4. Egrang

Egrang merupakan sebuah alat permainan yang dibuat menggunakan bambu. Cara memainkannya adalah, pemain berdiri diatas tumpuan bawah egrang menggunakan dua kakinya dan bergerak dengan bantuan tangan yang memegang tiangnya. Dalam bergerak harus mengandalkan koordinasi yang bagus antara kaki dan tangan juga mempunyai keahlian dalam hal keseimbangan. Egrang ini memang memerlukan latihan dan pembiasaan dalam menggunakannya. Permainan Egrang ini merupakan permainan tradisional yang bersifat rekreatif atau hiburan. Tetapi disisi lain, Egrang juga seringkali dimainkan dalam sebuah acara upacara ataupun festival tradisional Sunda.

5. Ngadu Muncang

Ngadu Muncang atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai "Laga/Duel Kemiri" merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda yang cukup unik. Dimana untuk memainkan permainan ini, diperlukan sebuah muncang atau kemiri yang nantinya akan di tumpuk satu sama lain disebuah media yang keras seperti kayu lalu diatasnya diberi sebuah alas berupa bambu sebagai tumpuan untuk dipukul oleh kayu berat. Kemiri yang bertahan menjadi pemenangnya dan yang kalah adalah yang kemiri yang hancur atau rusak. Permainan ngadu muncang ini pada awalnya digandrungi oleh masyarakat kelas atas di keraton, tetapi lama kelamaan mulai menyebar pada masyarakat biasa. Permainan ngadu muncang ini termasuk kedalam permainan rekreatif karena hanya sekedar hiburan bagi masyarakat sunda. Tetapi tidak jarang juga mengandung unsur kompetitif karena biasanya muncang atau kemiri ini dirawat sedemikian rupa oleh pemainnya demi bisa berlaga dalam kondisi yang sempurna. Permainan ngadu muncang ini masih biasa dimainkan oleh remaja dan orang tua yang bisa disaksikan di pedesaan-pedesaan. Sayangnya, di zaman sekarang biasanya permainan tradisional ini seringkali dibarengi dengan praktik illegal seperti perjudian.

6. Langlayangan

Langlayangan atau layang-layang dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu permainan tradisional masyarakat sunda yang masih eksis hingga sekarang. Untuk memainkan permainan ini biasanya dibutuhkan beberapa alat seperti layang-layang itu sendiri, gelasan sebagai senar yang tajam untuk mengalahkan pemain lain, kenur sebagai senar normal untuk memanjangkan atau menjauhkan layang-layang dan golongan sebagai alat atau media dimana gelasan dan kenur digulung agar mudah diatur. Biasanya permainan ini dilakukan disebuah lapangan yang luas dan memiliki udara yang kencang demi layang-layang yang bisa terbang luas. Sore hari menjadi waktu yang tepat untuk menerbangkan layang-layang karena sinar matahari yang tidak panas dan udara yang kencang. Hingga saat ini, di perkampungan masih sering kita lihat pemandangan langit sore dipenuhi oleh layang-layang dengan berbagai macam bentuk. Bahkan terkadang masyarakat sunda sering menyebut usum langlayangan atau musim layang-layang ketika marak anak-anak yang menerbangkannya. Biasanya musim ini terjadi ketika kemarau dan berakhir ketika musim hujan karena ketidakmungkinan untuk menerbangkan layangan ketika kondisi hujan. Langlayangan ini masuk kedalam jenis rekreatif atau hiburan bagi masyarakat Sunda.

Tentunya beragam jenis permainan tradisional masyarakat diatas memiliki fungsi komunikasi diantaranya komunikasi ritual, komunikasi sosial, dan komunikasi budaya. Jika dilihat dari fungsinya berdasarkan komunikasi ritual, hal seperti permainan tradisional ini bisa ditemukan dalam sebuah acara upacara adat atau festival tradisional kebudayaan sunda tertentu. Misalnya permainan seperti Egrang dalam waktu tertentu dilakukan sebelum sebuah ritual seperti memohon keberuntungan, keselamatan, kesehatan dan lain sebagainya. Dalam konteks komunikasi budaya, permainan tradisional masyarakat sunda ini merupakan bentuk dari pelestarian budaya melalui proses pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dari generasi ke generasi secara turun menurun sehingga permainan tradisional ini tidak punah dan sepenuhnya terlupakan. Sedangkan dalam segi komunikasi sosial, permainan tradisional ini bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan sekaligus mempertahankan hubungan yang ada baik antara individu maupun dengan kelompok.

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun