Mohon tunggu...
Adias MuhammadSyihan
Adias MuhammadSyihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi di Telkom University

Adias M. Syihan adalah seorang mahasiswa Ilmu Komuniksi Telkom University yang memiliki ketertarikan akan belajar mengenai sejarah dunia dan sejarah Indonesia sekaligus mempunyai semangat akan mengeksplorasi hal-hal baru melalui bidang jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nostalgia Permainan Tradisional Masyarakat Sunda di Museum Sri Baduga

12 November 2023   13:51 Diperbarui: 12 November 2023   14:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

5. Ngadu Muncang

Ngadu Muncang atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai "Laga/Duel Kemiri" merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda yang cukup unik. Dimana untuk memainkan permainan ini, diperlukan sebuah muncang atau kemiri yang nantinya akan di tumpuk satu sama lain disebuah media yang keras seperti kayu lalu diatasnya diberi sebuah alas berupa bambu sebagai tumpuan untuk dipukul oleh kayu berat. Kemiri yang bertahan menjadi pemenangnya dan yang kalah adalah yang kemiri yang hancur atau rusak. Permainan ngadu muncang ini pada awalnya digandrungi oleh masyarakat kelas atas di keraton, tetapi lama kelamaan mulai menyebar pada masyarakat biasa. Permainan ngadu muncang ini termasuk kedalam permainan rekreatif karena hanya sekedar hiburan bagi masyarakat sunda. Tetapi tidak jarang juga mengandung unsur kompetitif karena biasanya muncang atau kemiri ini dirawat sedemikian rupa oleh pemainnya demi bisa berlaga dalam kondisi yang sempurna. Permainan ngadu muncang ini masih biasa dimainkan oleh remaja dan orang tua yang bisa disaksikan di pedesaan-pedesaan. Sayangnya, di zaman sekarang biasanya permainan tradisional ini seringkali dibarengi dengan praktik illegal seperti perjudian.

6. Langlayangan

Langlayangan atau layang-layang dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu permainan tradisional masyarakat sunda yang masih eksis hingga sekarang. Untuk memainkan permainan ini biasanya dibutuhkan beberapa alat seperti layang-layang itu sendiri, gelasan sebagai senar yang tajam untuk mengalahkan pemain lain, kenur sebagai senar normal untuk memanjangkan atau menjauhkan layang-layang dan golongan sebagai alat atau media dimana gelasan dan kenur digulung agar mudah diatur. Biasanya permainan ini dilakukan disebuah lapangan yang luas dan memiliki udara yang kencang demi layang-layang yang bisa terbang luas. Sore hari menjadi waktu yang tepat untuk menerbangkan layang-layang karena sinar matahari yang tidak panas dan udara yang kencang. Hingga saat ini, di perkampungan masih sering kita lihat pemandangan langit sore dipenuhi oleh layang-layang dengan berbagai macam bentuk. Bahkan terkadang masyarakat sunda sering menyebut usum langlayangan atau musim layang-layang ketika marak anak-anak yang menerbangkannya. Biasanya musim ini terjadi ketika kemarau dan berakhir ketika musim hujan karena ketidakmungkinan untuk menerbangkan layangan ketika kondisi hujan. Langlayangan ini masuk kedalam jenis rekreatif atau hiburan bagi masyarakat Sunda.

Tentunya beragam jenis permainan tradisional masyarakat diatas memiliki fungsi komunikasi diantaranya komunikasi ritual, komunikasi sosial, dan komunikasi budaya. Jika dilihat dari fungsinya berdasarkan komunikasi ritual, hal seperti permainan tradisional ini bisa ditemukan dalam sebuah acara upacara adat atau festival tradisional kebudayaan sunda tertentu. Misalnya permainan seperti Egrang dalam waktu tertentu dilakukan sebelum sebuah ritual seperti memohon keberuntungan, keselamatan, kesehatan dan lain sebagainya. Dalam konteks komunikasi budaya, permainan tradisional masyarakat sunda ini merupakan bentuk dari pelestarian budaya melalui proses pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan dari generasi ke generasi secara turun menurun sehingga permainan tradisional ini tidak punah dan sepenuhnya terlupakan. Sedangkan dalam segi komunikasi sosial, permainan tradisional ini bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan sekaligus mempertahankan hubungan yang ada baik antara individu maupun dengan kelompok.

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun