Mohon tunggu...
Adi Assegaf
Adi Assegaf Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Menulis Untuk Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Garam Rebus Kaliwlingi, Satu-satunya di Pulau Jawa

30 Mei 2018   05:16 Diperbarui: 30 Mei 2018   23:30 3521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk garam rebus yang dikemas ukuran 250gram / foto : dok. Pribadi

Garam rebus yang diberi merk Kaliwlingi ini mempunyai kadar NaCl yang rendah, dan kaya yodium dibandingkan dengan garam yang beredar dipasaran saat ini, hal ini telah dilakukan uji sampel oleh Baperlitbangda Kabupaten Brebes. 

Garam inipun diyakini mampu mengurangi penyakit hipertensi dan merupakan garam sehat. Garam rebus Kaliwlingi saat ini diproduksi oleh koperasi mekarsari Desa Pandansari dibawah binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes dan Universitas Diponegoro Semarang dan sudah mendapatkan sertifikat SNI dan BPOM RI.

Produk garam rebus yang dikemas ukuran 250gram / foto : dok. Pribadi
Produk garam rebus yang dikemas ukuran 250gram / foto : dok. Pribadi
Dari jumlah petani garam rebus saat ini, setiap bulannya mereka mampu menghasilkan 4 ton hingga 5 ton garam rebus, meskipun harga untuk garam rebus ini relatif lebih mahal daripada garam dapur lainnya. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang cukup lama dan rasa yang dihasilkan pun berbeda dengan garam dapur lainnya.

Dayuni selaku ketua koperasi mekarsari mengatakan, saat ini yang menjadi kendala memang ada 2, yang pertama adalah cuaca dan air laut pasang, karena kalau cuaca mendung atau hujan maka pasir yang kami jemur keringnya lama. Begitu juga bila air laut pasang atau rob, maka kami tidak bisa menjemur pasir dan tidak bisa merebusnya. Sedangkan kendala kedua adalah pemasaran, sebab masih banyak orang yang belum tahu tentang garam rebus Kaliwlingi ini, sehingga belum banyak yang memakainya.

Dayuni, Ketua Koperasi Mekarsari foto bersama produk garam rebusnya / foto : dok. Pribadi
Dayuni, Ketua Koperasi Mekarsari foto bersama produk garam rebusnya / foto : dok. Pribadi
Masih menurut Dayuni, saat ini para pembeli garam rebus ini masih banyak lokal, namun sudah 2 tahun ini mulai banyak pula permintaan dari luar daerah cuma ya orang-orang itu saja, karena biasanya kalo orang sudah menggunakan garam rebus ini maka orang tersebut tidak mau lagi menggunakan garam dapur yang biasa. Maunya tetap menggunakan garam rebus beryodium ini.

Dayuni dan anggota koperasi mekarsari lainnya berharap, adanya perhatian yang lebih dari pemerintah pusat terkait dengan garam rebus ini, jangan sampai Indonesia melakukan impor garam dari negara lain. Yang mengakibatkan harga garam didalam negeri menjadi tidak stabil.

Bila ada pembinaan serta perhatian yang lebih kepada para petani garam termasuk garam rebus ini, petani garam bisa saja mencukupi kebutuhan garam beryodium untuk nasional tanpa harus melakukan impor garam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun