Mohon tunggu...
Adi Assegaf
Adi Assegaf Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Menulis Untuk Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mempersingkat Waktu dengan Menyeberang Menggunakan Perahu

2 Mei 2018   11:34 Diperbarui: 2 Mei 2018   11:45 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyeberang sungai Pemali menggunakan perahu, sebenarnya memang bukan hal luar biasa bagi masyarakat Desa Sidamulya Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Apalagi hal tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari masyarakat setempat.

Namun bagi anda yang belum pernah mencoba, pastinya menjadi cerita tersendiri dan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi anda tentunya, apalagi bagi orang yang punya phobia naik perahu, jarak penyeberangannya kurang lebih 50 meter saat air sungai sedang atau surut, dan jaraknya bisa menjadi 75 meter saat air sungai pasang.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Penyeberangan perahu di Desa Sidamulya ini menghubungkan Desa Sidamulya Kecamatan Wanasari, dengan Desa Terlangu Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes yang letaknya berada disebelah timur Desa Sidamulya.

Jalur penyeberangan melalui sungai pemali ini sudah ada sejak dulu, menurut Juwari (50), tokoh masyarakat Desa Sidamulya, penyeberangan menggunakan perahu sudah ada sejak dirinya belum lahir, dan sebagai jalur utama pada saat itu.

"Penyeberangan ini menjadi rute yang digunakan oleh anak-anak sekolah, PNS dan masyarakat, khususnya yang dekat dengan sungai, karena jaman itu jalan utama masih tanah, jadi kalo musim penghujan sangat becek, dan lebih cepat melalui penyeberangan perahu," tuturnya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Pada tahun 1980 Pemerintah Desa Sidamulya melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), membeli sebuah perahu sebagai sarana penyeberangan bagi masyarakatnya, perahu tersebut dikelola oleh desa. Namun, setelah perahu tersebut rusak dan tidak dapat digunakan kembali, pemerintah desa tidak mengalokasikan kembali untuk perahu.

Akhirnya pada tahun 1995, ada masyarakat yang membeli perahu secara patungan, untuk dijadikan alat penyeberangan, tetapi bagi masyarakat yang ingin menyeberang menggunakan perahu dikenai jasa penyeberangan, minimal per orang membayar Rp. 2.000.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Mereka adalah Nono dan Suraji, yang membeli perahu secara patungan untuk membantu masyarakat yang mau menyeberang dari Desa Sidamulya ke Desa Terlangu dan sekitarnya, setiap harinya mereka mampu mengumpulkan Rp. 150.000 dari pagi hingga sore.

Namun, ketika musim lebaran tiba omzet mereka bisa naik beratus kali lipat, hingga mencapai Rp. 750.000 perhari, karena saat lebaran banyak orang yang hilir mudik menggunakan jasa penyeberangannya.

" Iya Alhamdulillah, kalo musim lebaran dari pagi hingga sore ramai terus, karena banyak masyarakat yang mau silaturahmi ke saudaranya yang berada di Brebes atau ke Wanasari, jadi omzet kami meningkat lebih banyak daripada hari-hari biasa, dan pendapatan tersebut kami bagi berdua, karena perahu ini dibeli oleh kami berdua," ungkap Nono.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Masih menurut Juwari, masyarakat lebih suka menggunakan penyeberangan menggunakan perahu ini, daripada harus melalui jalan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun