Mohon tunggu...
Adia Puja
Adia Puja Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Kriminal

Penikmat teh juga susu. http://daiwisampad.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Manfaat Hari Libur dan Strategi Jitu Memenangi Pilpres

13 April 2019   22:56 Diperbarui: 14 April 2019   08:40 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Thinkstock

Pemilihan presiden beserta wakilnya hampir memasuki penghujung. Akhirnya gelaran yang menguras emosi sekaligus tawa itu akan tiba juga.

Para pendukung masing-masing kandidat pasti sudah tidak sabar untuk bangun pagi, berdandan yang rapi, dan berangkat ke TPS untuk memberikan suaranya sebagai kontribusi terhadap kemajuan (atau kemunduran) bangsa. Sementara sebagian lainnya memilih untuk tidur sampai siang dan berusaha tidak peduli bahwa dirinya otomatis menjadi calon penghuni neraka.

Menyongsong Pemilu itu, boleh lah kita haha-hihi melihat tingkah jenaka para politikus dan pendukungnya yang tidak jauh berbeda, atau emosi ketika jagoannya dinistakan. Boleh juga kita berapi-api ketika mempromosikan jagoannya masing-masing di media sosial, atau berdalih mati-matian ketika borok jagoannya dikorek. Semua itu boleh dilakukan. Sepenuhnya sah. Namanya juga rakyat jelata, memang mau apa lagi selain jadi suporter dan penonton?

Yang tidak boleh dilakukan adalah melupakan janji-janji yang dilempar oleh para kandidat pemimpin itu. Jangan sampai, janji-janji itu mudah diterima dan mudah juga dilupakan. Hal seperti itu biasa terjadi. Bombardir janji yang diberikan oleh kedua pasangan calon presiden dan wakilnya itu, menurut hemat saya, tidak sepenuhnya realistis dan kurang dirasakan langsung dampaknya oleh rakyat. Terutama kaum kelas menengah yang rewel dan gengsian.

Janji-janji itu, karena kurang realistis untuk diwujudkan, akhirnya hanya menguap bersama lupa. Mereka pura-pura lupa, dan kita tidak sengaja (atau sengaja) melupakannya. Yang penting jagoannya sudah menang. Habis itu, yuk main gaple lagi.

Padahal, ada satu kebijakan sederhana yang luput dari perhatian para kandidat presiden, dan kebijakan tersebut niscaya dapat menjadi janji yang mudah diwujudkan sekaligus mampu menggalang banyak suara dalam Pemilu. Terlebih, dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan tidak muluk-muluk seperti janji yang sudah-sudah.

Sumber Gambar: merdeka.com
Sumber Gambar: merdeka.com
Seharusnya seorang calon presiden mampu berjanji untuk menambah hari libur.

Tidak ada manusia yang tak menyukai hari libur. Rutinitas di luar rumah yang mendominasi pekan itu benar-benar tidak menyenangkan dan menguras tenaga serta pikiran. Pernahkan terpikir mengapa dari hari Senin hingga Jumat itu jumlahnya lima hari, sedangkan dari Jumat ke Senin hanya terpaut dua hari saja? Apakah itu yang dinamakan keadilan?

Siapapun yang merumuskan perhitungan hari libur semacam itu pastilah seorang yang tidak menyenangkan dan dijauhi oleh teman-temannya.

Seorang calon presiden, seharusnya bisa mewujudkan hari libur lebih dari yang semestinya. Misalkan, lima hari kerja, lima hari libur. Atau setidaknya, sediakan jeda untuk rehat di tengah pekan. Misalkan menjadikan hari Rabu sebagai hari libur. Masuk akal, bukan?

Meski dianggap sepele, hari libur atau rehat sangat penting bagi kondisi manusia, terlebih kaum yang memburuh. Berdasarkan beberapa penelitian, berlibur memiliki dampak yang sangat positif bagi manusia, mulai dari mencerdaskan otak, mencegah penyakit jantung, hingga mencegah tindak bunuh diri.

Maka, berlibur, atau vakansi, atau melancong, apapun istilahnya, sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Selain itu, seperti telah disebutkan, janji calon presiden untuk menggandakan hari libur dapat menggalang suara untuk kemenangannya pada kontestasi Pemilu? Tidak percaya?

Begini, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja di Indonesia pada Agustus 2018 berjumlah sebanyak 131,01 juta orang. Merujuk data tersebut dan keyakinan bahwa semua orang mencintai libur, logikanya akan ada lebih dari 130 juta suara yang akan memilih calon presiden yang berjanji akan menambah hari libur. Siapa pula yang tidak tergiur dengan janji seindah itu?

Ketimbang terbuai dengan janji-janji setop itu-ini, anti itu-ini, atau harga itu-ini turun yang sudah usang dan akhirnya dilupakan, janji menambah hari libur justru paling ampuh dan mudah dilaksanakan.

Masa, setiap menjelang Pemilu selalu ada janji memperluas lapangan pekerjaan tapi tidak sepaket dengan hari liburnya? Itu kan sama saja dengan menjerumuskan. Karena rakyat tidak sekadar butuh pekerjaan, melainkan juga hari liburnya.

Meski begitu, upaya menambah hari libur tentu akan mendapat tentangan dari para kaum kapitalis yang doyan memeras keringat para proletar. Dengan banyaknya hari libur, artinya roda-roda gigi industri mereka akan rehat juga. Produksi dan penghasilan akan turun drastis, dan itu merupakan mimpi buruk bagi mereka.

Tapi itu tak jadi soal. Bukankah kedua pasangan calon presiden dan wakilnya itu selalu menggaungkan kebijakan dan mendaku diri sebagai paling pro-rakyat kecil?

Bogor, 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun