Mohon tunggu...
Adia Puja
Adia Puja Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Kriminal

Penikmat teh juga susu. http://daiwisampad.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mematahkan Citra "Butut" Film Indonesia

24 Februari 2017   22:24 Diperbarui: 25 Februari 2017   18:00 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata siapa film Indonesia jelek? Menurut saya, dunia perfilman di Indonesia sangat layak untuk disandingkan dengan Hollywood atau Bollywood, deh. Saya pernah berada di dalam daftar orang yang skeptis terhadap film Indonesia. Barulah belakangan ini, saya mulai mencoba menonton film-film dalam negeri. Dan saya menyesal. Mengapa dulu saya bersikap skeptis dengan film-film brilian tersebut.

Ada beberapa alasan tentunya mengapa saya mulai menyukai film Indonesia. Begini, pertama, dari 10 film Indonesia yang saya tonton belakangan ini, tujuh di antaranya beraktorkan Reza Rahadian. Hebat! Dan lebih hebatnya lagi, ketujuh film tersebut dibuat di tahun yang berdekatan. Sekira dalam kurun waktu dua atau tiga tahun saja, Reza sudah membintangi lebih dari tujuh film yang berbeda.

Melihat fakta ini, saya yakin akan membuat Johnny Depp atau Brad Pitt minder. Karena, dalam kurun sekira dua tahun, saya rasa kedua aktor tersebut hanya berperan di paling banyak dua hingga empat film saja. Sedangkan Reza, tujuh! Siete! Pitu! Itupun hanya yang saya ketahui. Pasti angkanya lebih dari itu. Mungkin 24.

Saya jadi teringat ketika beberapa tahun belakangan, film-film Indonesia kebanyakan diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, Desta, Aming, Tora Sudiro, atau Lukman Sardi. Hampir semua film yang dirilis, ada wajah mereka. Hal tersebut menandakan bahwa dunia selebritas di Indonesia memiliki bintang yang multitalenta. Aktor yang sama, dengan film dan genre yang berbeda. Hebat bukan? Tidak ada aktor spesialis seperti di Hollywood sana.

Kemudian dalam hal genre. Saya heran melihat Hollywood yang selalu memiliki genre beragam dan aneh. Anggaplah dalam satu tahun, genre film besutan Hollywood ada yang drama, horror, komedi, action, dan lain-lain. Penonton pasti bingung. Saya saja seringkali bingung dengan banyaknya genre yang ditawarkan.

Berbeda dengan perfilman di Indonesia. Mereka sangat paham kebutuhan penonton. Jadi ketika sedang musim film hantu dengan bumbu humor, maka kebanyakan film mengusung genre tersebut. Ketika sedang musim membuat film dengan genre agama, semua berlomba membuat film serupa. Waktu bergeser, yang marak menjadi film motivasi atau tema nasionalis, semua membuat yang sama. Begitu seterusnya. Jenius betul.

Mengapa saya katakan demikian? Ya bagaimana tidak jenius? Para pembuat film di Indonesia konsisten dengan selera para penonton. Berbeda dengan Hollywood yang inkonsisten. Bikin bingung saja. Cuih!

Kemudian dari segi budget. Awalnya saya mengira film-film Indonesia dibuat dengan biaya yang murah. Tapi ternyata saya salah. Maafkan. Film Indonesia justru dibuat dengan biaya yang tidak main-main. Sebagai contoh, mereka berani memanggil aktris dari manca-negara, seperti Miyabi, Sasha Grey, Vicky Vette, Tera Patrick, Rin Sakuragi, Misa Campo, Leah Yuzuki, Sora Aoi, dan lain-lain. Apa?? Kalian tidak kenal nama-nama tersebut? Kalian pasti tidak pernah nonton film porno!

Ah iya, satu lagi. Film Indonesia pernah dibintangi oleh Mr. Bean. Tidak tanggung-tanggung, film tersebut justru diberi judul "Mr. Bean Kesurupan Depe". Ingin ketawa? Jangan. Tahan! Katanya, banyak yang kecewa, lantaran Mr. Bean pada film tersebut tidak dibintangi oleh Rowan Atkinson. Hal tersebut menjadikan film ini dinilai melakukan pembohongan publik. Dasar! Padahal saya yakin sekali yang menjadi Mr. Bean di film tersebut adalah Rowan Atkinson. Mana mungkin film Indonesia melakukan pembohongan sehina seperti itu.

Jadi, dari segi budget, film Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Terlebih adanya banyak iklan atau sponsor yang disisipkan dalam film. Meskipun terkesan “memaksa” dan merusak adegan, yang penting itu tandanya film Indonesia memiliki banyak pemasukan. Tidak seperti film Hollywood yang tidak pernah ada sisipan sponsor atau iklan di dalamnya. Menyedihkan.

Lalu apa lagi kelebihan film Indonesia? Tunggu.. Saya sampai bingung mendaftarnya karena saking banyaknya. Ah iya, dari segi kreatifitas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun