Mohon tunggu...
Adia Puja
Adia Puja Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Kriminal

Penikmat teh juga susu. http://daiwisampad.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Indonesia Tandingan

9 Februari 2017   22:54 Diperbarui: 9 Februari 2017   23:02 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis, setidaknya ada 12 ciri: Hipokrit, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayul, dan seterusnya. Pada pidato kebudayaannya yang kelak dibukukan tersebut, Mochtar Lubis “berani” menyuarakan pemikirannya, yang bisa saja membuat orang Indonesia berang. Padahal, ciri-ciri Manusia Indonesia tersebut sangat layak kita amini. Termasuk saya.

Masih ingat soal gubernur dan presiden tandingan yang muncul di tahun 2014-an? Ketika itu, Jokowi menjadi presiden, otomatis Ahok menjadi Gubernur Jakarta. Momen tersebut dimanfaatkan oleh sebagian pihak untuk membuat presiden dan gubernur tandingan. Kalau saya tidak salah, ada juga DPR tandingan. Pokoknya, segala ditandingkan kayak Tamiya atau gundu.

Nah, lantas apa hubungan antara manusia Indonesia dengan “tandingan”? Tentu ada. Apa karena manusia Indonesia doyan bertanding? Bisa jadi, meskipun kalah melulu. Jadi begini, saya juga ingin dong membuat tandingan dari ciri manusia Indonesia yang dibuat oleh Mochtar Lubis. Kalau Mochtar Lubis bisa, kenapa saya tidak? Kira-kira begitu juga dengan apa yang dipikirkan oleh para tandingan Jokowi atau Ahok beberapa tahun silam.

1. Stiker/Gambar Tempel

Stiker yang saya maksud bukan Messi atau Luis Suarez. Tapi gambar tempel. Disadari atau tidak, manusia Indonesia gemar menempelkan stiker. Di kendaraan mereka, pintu rumah, jendela, bahkan mungkin ada yang menempelkannya di jidat. Jika Anda cukup iseng, coba perhatikan di kendaraan di jalanan, yang tanpa stiker, bisa dihitung dengan jari. Apakah itu stiker bernada sinis tentang motor atau mobil matic dan manual, atau kata-kata lucu, atau logo-apapun. Juga ada yang memasang stiker Hello Kitty. Biasanya mobil Honda Jazz atau Avanza.

2. Buta Warna

Manusia Indonesia, rata-rata buta warna. Tidak tanggung, mereka menderita buta warna parsial. Kenapa? Karena ketika traffic light menunjukkan warna merah, mereka kira hijau, akhirnya tetap nyelonong. Atau ketika lampu berubah menjadi merah dari hijau, mereka justru berlama-lama diam. Bahkan jika sudah akut, mereka malah tidak mengenal warna kuning sama sekali.

3. Doyan Berfoto

Poin ini merupakan sifat baru dari manusia Indonesia. Dengan kata lain, muncul sebagai dampak pergeseran budaya. Manusia Indonesia doyan berfoto. Begitulah adanya. Kamera dan ponsel berkamera menjadi kebutuhan primer yang tidak kalah penting dari nasi. Satu orang saja manusia Indonesia, bisa kedapatan menyimpan foto dirinya sebanyak ribuan. Setiap momen yang terjadi, seolah akan berdosa jika luput dari jepretan kamera.

4. Ogah Hitam

Ini yang paling tidak saya pahami. Mengapa manusia Indonesia sangat terobsesi untuk memutihkan kulitnya? Mereka rela menghabiskan sejumlah uang demi memutihkan kulit. Berbagai iklan kosmetik menjadikan “kulit putih” sebagai hook untuk menggaet konsumen. Hal tersebut otomatis membuat paradigma, bawa hitam adalah jelek. Saking parahnya, bahkan kini semakin menjamur aplikasi mengedit foto agar kulit terlihat lebih putih. Dan lucunya, manusia Indonesia sadar betul bahwa berbohong adalah perbuatan dosa.

5. Cinta Melulu

Judul yang sama dengan lagu Efek Rumah Kaca. Manusia Indonesia agaknya tidak bisa lepas dari cinta. Meskipun cinta adalah sesuatu yang abstrak, dan dianggap sebagai “hal” yang paling populer di dunia, namun kadar “cinta” manusia Indonesia sudah berlebihan. Hampir setiap hari, saya menemukan segala hal tentang cinta; putus cinta, galau, jomblo, nikah, jatuh cinta, mellow, lagu-lagu cinta, tulisan tentang cinta, foto-foto cinta, dan sebagainya.

6. Gombal

Kenapa gombal? Coba Anda tanya berapa banyak orang yang mengaku cinta Indonesia. Coba Anda lihat juga berapa banyak orang yang mengaku cinta Indonesia. Bangga akan Indonesia. Menganggungkan Indonesia. Padahal, perbuatan dan tindakannya tidak mencerminkan kecintaan pada negeri ini. Justru sebaliknya. Dari hal kecil saja; masih membuang sampah sembarangan, masih memikirkan perutnya sendiri, masih merusak alam dan lingkungan, dan sebagainya.

Bagaimanapun poin manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis dan manusia Indonesia tandingan ini tidak bisa digeneralisasikan. Hanya saja, kebanyakan seperti itu. Termasuk saya, dan mungkin juga Pak Mochtar. Tetapi, setelah saya pikir lebih jauh, jika memiliki sifat-sifat seperti itu, seharusnya kita bangga, dong. Itu artinya, kita telah menjadi manusia Indonesia yang sejati.

Ngomong-ngomong, para gubernur, presiden, dan DPR tandingan apa kabarnya ya? Semoga sehat selalu.

Adia PP

Bandung, 9 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun