Mohon tunggu...
Adia Puja
Adia Puja Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Kriminal

Penikmat teh juga susu. http://daiwisampad.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menitip Cerita pada Tembok Derita

5 Desember 2016   13:47 Diperbarui: 10 Desember 2016   12:32 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1.7
Gambar 1.7
Meski begitu, tembok tetaplah tempat orang-orang meratap. Dan di setiap tempat berkumpulnya orang-orang yang bersedih dan marah, pastilah terdapat mereka yang bijaksana. Kehadiran para cendikiawan ini tidak bisa dielakkan. Begitu pula di Tembok Ratapan ini. Lihatlah bagaimana anak-anak calon Lincoln atau Gandhi ini memberikan wejangan.

Gambar 1.8
Gambar 1.8
Bahkan ia menggunakan bahasa yang sangat tinggi. Bahasa khas filsuf: "You Anthestend." Sungguh bahasa yang sangat berbau Yunani. Bahkan kamus luput untuk mencatatnya.

Ketika melihat tembok di SMP ini, saya teringat akan salah satu Cerpen Eka Kurniawan yang berjudul Corat-Coret di Toilet. Fungsi toilet bukan sekadar tempat berak atau kencing belaka. Toilet telah menjadi media bagi sesiapapun untuk menumpahkan perasaannya, menyampaikan pesannya, menorehkan harapannya, mengeluarkan umpatannya, dan sebagainya.

Kalian boleh tertawa melihat corat-coret anak-anak SMP di Tembok Ratapan. Menggelikan, memang. Terkesan kampungan, iya. Namun sebenarnya, kalian (kita) sama saja. Hanya medianya yang berbeda. Jika mereka mempercayakan aspirasinya pada dinding toilet, kita mempercayakannya pada dinding sosial media. Meskipun menurut saya, anak-anak SMP ini terlihat lebih beradab. Mereka tidak menjadikan kata-katanya sebagai penebar kebencian dan kebohongan yang dapat memecah belah, seperti yang kita lakukan di dinding sosial media. Mereka hanya belum paham arti vandalisme. Itu saja.

Satu kata:

Gambar 1.9
Gambar 1.9
Adia PP

Bandung, 05 Desember 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun