Di dalam perspektif berbagai manusia, tembok bukan sekadar bidang pembentuk ruang. Bukan juga sekadar julangan batu-bata atau beton yang diperuntukkan sebagai separator. Maknanya lebih dari itu. Dalam sejarah saja, ada beberapa tembok yang menorehkan kisah bagi perjalanan hidup manusia. Sebutlah Tembok Berlin yang sarat kisah pilu sekaligus sejarah bagi para rakyat Jerman. Atau Tembok Besar Tiongkok yang menggambarkan kedigdayaan negeri Tirai Bambu tersbut.
Kemudian, ada juga yang dinamakan Tembok Ratapan yang dianggap paling suci oleh umat Yahudi. Tembok yang merupakan sisa reruntuhan dari Bait Suci yang dibangun oleh Raja Herodes di Yerusalem ini, merupakan salah satu benda/tempat sakral di dunia. Umat Yahudi percaya bahwa terdapat “Shekhinah” (kehadiran Illahi) pada tembok yang tidak turut terhancurkan tersebut. Jadi, berdoa di hadapan Tembok Ratapan, sama artinya dengan berdoa kepada Tuhan.
![Sumber Gambar: Tempo.co](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/download-58450b50b27a61140d4b5534.jpg?t=o&v=770)
Ketika memasuki kakus di sekolahan tersebut, yang agaknya hanya satu-satunya, saya dibuat tercengang bukan main. Saking tercengangnya, Si Boy nyaris jebol pertahanannya. Di toilet tersebut, saya ternyata menemukan Tembok Ratapan lainnya. Bukan di Yerusalem, bukan di Babilonia, bukan di Atlantis. Tetapi di sebuah toilet kecil di pedalaman Tangerang. Tembok tersebut mungkin luput dari sejarawan, atau arkeolog, karena letaknya yang tidak diperhitungkan. Mungkin juga karena baunya yang seperti mumi Ramses II itu membuat para peneliti enggan memasukinya. Dan saya yang menyadarinya untuk pertama kali.
![Gambar 1.1](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2498-jpg-58450b7950f9fdf205ae3637.jpg?t=o&v=770)
![Gambar 1.2](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2497-jpg-58450babef7e61eb066ad3d3.jpg?t=o&v=770)
![Gambar 1.3](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2507-jpg-58450be5d67a61a510e05f39.jpg?t=o&v=770)
Cinta.. Memang hal yang rumit. Menurut Plato, cinta yang sempurna adalah cinta yang tidak diungkapkan. Cinta dalam diam yang diilhami pemikir sekaliber Plato setidaknya diterapkan oleh anak-anak ini.
![Gambar 1.4](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2489-jpg-58450bfe8efdfd03050a9621.jpg?t=o&v=770)
![Gambar 1.5](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2496-jpg-58450c1b24afbd3e0520a47f.jpg?t=o&v=770)
![Gambar 1.6](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2491-jpg-58450c3209b0bdd306fcb7c3.jpg?t=o&v=770)
Kehidupan remaja memang penuh dengan warna. Di waktu orang lain memendam cinta dan rindu, justru sebagian lainnya bermuatkan dendam dan amarah. Dalam 7 Deadly Sins menurut ajaran Kristen, amarah adalah salah satunya. Anak-anak ini, dengan emosi yang menggelegak, menumpahkan amarahnya pada 'Tembok Ratapan'.
![Gambar 1.7](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2506-jpg-58450c5a8efdfdf9040a9624.jpg?t=o&v=770)
![Gambar 1.8](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2490-jpg-58450cac5eafbd86047add4b.jpg?t=o&v=770)
Ketika melihat tembok di SMP ini, saya teringat akan salah satu Cerpen Eka Kurniawan yang berjudul Corat-Coret di Toilet. Fungsi toilet bukan sekadar tempat berak atau kencing belaka. Toilet telah menjadi media bagi sesiapapun untuk menumpahkan perasaannya, menyampaikan pesannya, menorehkan harapannya, mengeluarkan umpatannya, dan sebagainya.
Kalian boleh tertawa melihat corat-coret anak-anak SMP di Tembok Ratapan. Menggelikan, memang. Terkesan kampungan, iya. Namun sebenarnya, kalian (kita) sama saja. Hanya medianya yang berbeda. Jika mereka mempercayakan aspirasinya pada dinding toilet, kita mempercayakannya pada dinding sosial media. Meskipun menurut saya, anak-anak SMP ini terlihat lebih beradab. Mereka tidak menjadikan kata-katanya sebagai penebar kebencian dan kebohongan yang dapat memecah belah, seperti yang kita lakukan di dinding sosial media. Mereka hanya belum paham arti vandalisme. Itu saja.
Satu kata:
![Gambar 1.9](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/img-2504-jpg-58450ceb3cafbd5507e75da5.jpg?t=o&v=770)
Bandung, 05 Desember 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI