Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

4 Daily Activity Membangun Budaya Menulis

27 Januari 2024   10:12 Diperbarui: 27 Januari 2024   11:14 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iStockphoto/Jacob Ammentorp Lund)/Kompas.com 

Peserta pelatihan menulis biasanya saat acara sangat bersemangat untuk menjadi penulis. Setelah diberi tips menulis, mereka rata-rata semangat. 

Apalagi yang diajar adalah para aparatur sipil negara, guru, mahasiswa, dan dosen. Saat diberikan sesi praktik, mereka juga antusias.

Saya kerap menghadapi hal yang demikian kala diminta menjadi instruktur menulis. Biasanya soal menulis berita dan artikel opini. Saat dievaluasi, rata-rata tugas juga bagus-bagus.

Akhir tahun lalu saya kebanjiran pekerjaan menjadi pemateri penulisan di kantor-kantor pemerintah di Provinsi Lampung. Saya senang karena geliat menulis juga merasuk ke amtenar alias abdi negara kita.

Beberapa kantor itu antara lain Badan Pusat Statistik, Dinas Sosial, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Biro Administrasi Pemerintah, dan menyusul beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya.

Saya senang karena geliat ini disambut baik. Namun, ada satu evaluasi penting. Menumbuhkan kultur menulis itu ternyata tidak gampang.

Mungkin saat pelatihan bersemangat menulis. Barangkali karena ramai peserta, masing-masing berlomba menghasilkan tulisan yang baik.

Namun, usai pelatihan dan berada di rumah atau kantor, kegiatan menulisnya terhenti. Menulis hanya sekali itulah.

Nah, supaya kita bisa istikamah dalam menulis, ini ada beberapa tips sehingga kita punya daily activity atau aktivitas keseharian untuk menunjang menulis. Apa saja itu?

Pertama, menulis catatan harian

Ada baiknya bagi seorang pemula untuk menulis catatan harian. Mediumnya bisa di buku atau di media sosial. 

Kalau ada media sebetulnya lebih baik. Sebab, kita bisa mengisi media sosial dengan literasi yang baik. 

Gunakan Facebook, Twitter, Instagram, TikTok menjadi medium persemaian catatan harian kita.

Catatan harian tentu hal yang simpel. Apa yang kita alami hari ini, dituliskan sesuai dengan gaya bahasa sehari-hari saja.

Menulis catatan harian adalah ikhtiar membangun budaya menulis. Kita mulai dari yang simpel. 

Akan lebih mudah menuliskan yang kita alami langsung. Itu membuat kita terbiasa dalam menatahkan narasi.

Kedua, menulis surat pembaca

Surat pembaca ini tulisan yang sebetulnya ditujukan untuk media massa. Koran dahulu punya ruang surat pembaca. Daily activity menulis surat pembaca juga bagus dijadikan pijakan.

Isi surat pembaca biasanya perihal persoalan yang terjadi di sekitar. Ini pun mudah. 

Misalnya di desa kita masih ada jalan rusak. Kita bisa menuliskan kerusakan jalan dan harapan untuk kemudian dikirim ke media massa.

Dalam konteks media daring, kebanyakan juga menerima surat pembaca. 

Ada kalanya itu dijadikan bahan berita mereka. Walhasil nama si empunya surat pembaca akan menjadi narasumber dalam berita di media massa.

Ketiga, memberikan opini terhadap isu yang berkembang

Untuk naik kelas berikutnya, kita bisa menulis opini terhadap hal yang sedang berkembang. Tulisannya tak mesti banyak-banyak. Coba membiasakan menulis opini kita hasil dalam bacaan atau isu yang berkembang.

Misalnya, presiden beberapa hari lalu menyatakan pejabat publik boleh melakukan kampanye. Coba tanggapi itu dengan menulis sedikit opini kita di media sosial.

Coba saja dua sampai tiga alinea. Terus begitu setiap hari. Belajar memberikan tanggapan atas isu yang sedang berkembang.

Atau kalau kita suka sepak bola, beri pandangan atau opini soal kans timnas Indonesia yang akan melawan Australia dalam fase gugur Piala Asia di Qatar. Pendek-pendek saja. Nanti juga lama-lama terbiasa.

Keempat, membaca buku

Biasakan atau bahkan memaksakan diri membaca itu baik. Tak apa dipaksakan. Untuk membangun budaya baru yang positif kadang butuh perjuangan.

Supaya nutrisi pengetahuan kita bertambah, paksakan membaca. Kalau ada buku yang memang menarik, silakan dibaca. Dibaca berulang-ulang juga tak masalah.

Atau kita membaca sebuah buku baru yang menurut kita bisa menambah pengetahuan. Bukunya bisa apa saja.

Bawa buku itu ke mana pun kita pergi. Usahakan setiap hari membaca buku. 

Selembar-dua lembar jadilah. Ini akan membuat kita punya usaha mengecas pikiran kita dengan sesuatu yang baru. Dari situ akan lahir juga tulisan.

Sebab, membaca dan menulis itu mesti klop. Penulis yang baik hakulyakin pembaca yang baik.

Semoga empat daily activity ini bisa membantu menumbuhkan kultur menulis kita. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun