Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Koloni Reporter, Koloni Penulis, Anda Termasuk yang Mana?

18 Januari 2024   07:45 Diperbarui: 18 Januari 2024   07:50 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi copywriting (CANVA). Kompas.com

Saya tahu istilah koloni reporter dan koloni penulis ini di biografi Karni Ilyas, Lahir untuk Berita, yang ditulis Fenty Effendy. Karni bercerita soal dua koloni itu kala bekerja di majalah Tempo usai bekerja di surat kabar Suara Karya.

Karni bertahan di majalah itu sampai dengan jabatan redaktur pelaksana. Selama di Tempo itu ia juga didapuk mengomandoi majalah baru, Forum Keadilan, sebagai pemimpin redaksi.

Karni bilang, di Tempo ada dua koloni untuk para reporternya. Koloni ini istilah saja dan tidak benar-benar dibagi secara resmi di majalah itu.

Ada yang namanya koloni reporter. Kebanyakan mereka yang diklasifikan koloni ini adalah mereka yang pandai dalam mencari berita.

Pintar dalam menembus narasumber. Mendapatkan banyak data dari lapangan. Tekun dan gigih dalam menghasilkan satu informasi untuk berita utama majalah.

Mereka yang termasuk kelompok ini punya keuletan luar biasa dalam mendapatkan berita yang eksklusif. Jejaringnya banyak. Informasi bisa didapat dari manapun dan sebagainya.

Karni mengakui ia berada di koloni ini. Akan tetapi, koloni ini punya "kecenderungan" kurang mampu dalam mengurai naskah menjadi senarai yang memikat. 

Mungkin karena datanya bertumpuk, sebagian besar kurang mampu mengejawantahkan semua ke dalam satu naskah yang baik.

Namun, ini hanya kecenderungan ya. Saya hakulyakin, mereka yang masuk ke dalam koloni reporter juga piawai menulis. Karni, meski mengakui masuk koloni reporter, piawai juga menulis.

Ada dua buku Catatan Hukum sewaktu memimpin majalah Forum Keadilan yang dihasilkan. Esai Karni dalam Catatan Hukum itu juga apik. Ini hanya soal kecenderungan meskipun ia mengakui memang payah kalau menulis.

Koloni yang satu lagi namanya koloni penulis. Mereka yang masuk dalam koloni ini punya kemampuan menulis yang cakap. 

Pemahaman bahasa yang mumpuni. Punya keahlian dalam meramu bahan yang terbatas menjadi tulisan yang memikat.

Mereka yang masuk kelompok ini punya kemampuan merangkai kata dengan apik dan resik. Enak dibaca dan memikat pembaca.

Akan tetapi, mereka yang termasuk di kelompok ini rada sulit kalau disuruh liputan. Kurang cakap dalam menemukan angle berita dan punya kecenderungan susah menembus narasumber.

Jika merujuk yang dimaksud Karni, para penulis di koloni ini memang kebanyakan sastrawan yang punya kemampuan meramu bahasa dengan baik. Maka itu, bahasa di Tempo indah dan enak dibaca. Fungsi penyuntingan dari koloni penulis di sini, sangat diandalkan.

Pendek kata, dengan bahan liputan yang terbatas, di tangan para penulis ini, berita dan artikel lain mampu dipoles sehingga lengkap dan enak dibaca.

Nah, kalau merujuk ke sini, kita termasuk yang mana nih? Masuk kelompok penulis atau reporter.

Masuk kelompok yang cakap dalam melakukan reportase di lapangan atau yang piawai memoles tulisan?

Artikel di Kompasiana sebagian besar pada ranah reportase dan opini. Kalau sebagian besar karya kita berupa reportase, mungkin dalam bahasa Karni, kita masuk ke koloni reporter.

Namun, jika kita kebanyakan menulis opini dengan memikat, mungkin kita masuk koloni penulis. Ini sekadar klasifikasi nonformal saja ya, bukan sesuatu yang saklek.

Ini perihal kecenderungan. Saya meyakini ada orang yang bisa kedua-duanya. Piawai melakukan reportase dan cakap dalam menulis serta melakukan penyuntingan. Semoga bermanfaat. []

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun