Pemahaman bahasa yang mumpuni. Punya keahlian dalam meramu bahan yang terbatas menjadi tulisan yang memikat.
Mereka yang masuk kelompok ini punya kemampuan merangkai kata dengan apik dan resik. Enak dibaca dan memikat pembaca.
Akan tetapi, mereka yang termasuk di kelompok ini rada sulit kalau disuruh liputan. Kurang cakap dalam menemukan angle berita dan punya kecenderungan susah menembus narasumber.
Jika merujuk yang dimaksud Karni, para penulis di koloni ini memang kebanyakan sastrawan yang punya kemampuan meramu bahasa dengan baik. Maka itu, bahasa di Tempo indah dan enak dibaca. Fungsi penyuntingan dari koloni penulis di sini, sangat diandalkan.
Pendek kata, dengan bahan liputan yang terbatas, di tangan para penulis ini, berita dan artikel lain mampu dipoles sehingga lengkap dan enak dibaca.
Nah, kalau merujuk ke sini, kita termasuk yang mana nih? Masuk kelompok penulis atau reporter.
Masuk kelompok yang cakap dalam melakukan reportase di lapangan atau yang piawai memoles tulisan?
Artikel di Kompasiana sebagian besar pada ranah reportase dan opini. Kalau sebagian besar karya kita berupa reportase, mungkin dalam bahasa Karni, kita masuk ke koloni reporter.
Namun, jika kita kebanyakan menulis opini dengan memikat, mungkin kita masuk koloni penulis. Ini sekadar klasifikasi nonformal saja ya, bukan sesuatu yang saklek.
Ini perihal kecenderungan. Saya meyakini ada orang yang bisa kedua-duanya. Piawai melakukan reportase dan cakap dalam menulis serta melakukan penyuntingan. Semoga bermanfaat. []
Foto pinjam dari sini