Tapi, kalau tak hadir karena sesuatu alasan, soal ia mau memberikan uang atau tidak, terserah saja dengan yang diundang.
Saya hakulyakin juga niat si empunya hajat baik dengan pencantuman itu. Ketimbang mereka tuan rumah membalas satu-satu nomor rekening kepada teman yang tak bakal hadir, cantumkan saja sekalian di undangan.
Ini bisa saja tapi mestinya terbatas. Misalnya dengan rekan sekantor yang kebetulan rumahnya berjauhan. Si tuan rumah juga mesti pikir-pikir jika mencantumkan nomor rekening ini tak ada masalah. Sebab, sudah paham satu dan lainnya.
Yang mesti dijaga itu kepada undangan lain yang relasinya barangkali tak sehangat rekan sekantor. Untuk mereka ini, saya sarankan kepada pengundang untuk tidak mencantumkan nomor rekening.
Mungkin menarik juga disurvei, memang berapa banyak sih yang kasih uang via transfer itu ketimbang yang datang langsung? Saya ainulyakin kalau kebanyakan tentu yang datang secara fisik ke kondangan ketimbang yang transfer.
Maka itu, ketimbang jadi pembicaraan orang dan menjadi bahan tulisan ini, hehehe, lebih baik jangan mencantumkan nomor rekening pada undangan, misalnya pesta pernikahan.
Kesimpulan
Menggelar hajatan itu wujud kesyukuran kita kepada Allah swt. Kita mengundang orang karena ingin sama-sama merayakan kebahagiaan. Itu juga wujud sedekah kita kepada tamu yang hadir.
Andaikata tamu memberikan uang sebagai hadiah kepada tuan rumah, ya alhamdulillah. Jika tidak pun, tak masalah.
Maka, jangan nodai kemurnian niat itu dengan pencantuman nomor rekening pada kartu undangan baik fisik maupun daring. Begitu saja ide pagi ini. Semoga bermanfaat. [Adian Saputra]
Pinjam foto dari sini