Biasanya, orang yang rajin hadir saat diundang, nanti kala punya hajat, juga ramai didatangi kerabat dan handai tolan. Jadi dari sini kita paham, datangnya kita ke pesta pernikahan atau hajatan lain memang wujud merawat silaturahmi.Â
Kemudian memberikan doa yang baik kepada yang berhajat. Yang lainnya, memberikan tali asih sebagai ungkapan senang.
Maka itu, pemberian uang itu murni ketulusan. Rasanya tidak begitu etis dan elegan jika ada pencantuman nomor rekening dalam undangan.
Saya pernah sekali dapat undangan ini dengan mencantumkan nomor rekening. Karena undangan via daring, kemungkinan tuan rumah main random saja. Karena dalam undangan daring itu ada keterangan apakah kita akan datang atau tidak.
Yang repot jika tempat hajatan ini jauh dan orang yang mengundang pun hanya kenal satu dua kali pertemuan saja. Maka, jika dapat undangan jenis ini, dan kita merasa berat datang, makin mangkel kalau ada pencantuman nomor rekening.
Kita datang ke pesta itu pasti ikhlas dan pas dengan kelonggaran waktu. Tidak semua juga mesti didatangi.Â
Saya sangat sering dapat undangan tapi si empunya hajat saya tak kenal. Ya mau diapakan lagi. Terpaksalah tak hadir. Soalnya memang tak kenal sama sekali.
Balik ke soal pencantuman nomor rekening. Kalau teman baik atau orang yang kita berinteraksi dengan rapat, tak hadir pun sudah tentu ada dalam pikiran akan kirim uang.
Bulan lalu saya demikian. Ada undangan pernikahan seorang teman pengacara muda. Lantaran memang kenal dan lumayan intensif berinteraksi saya niat hadir.Â
Namun, karena lokasi pernikahan jauh, saya izin dan mengirim uang saja. Saya yang bertanya berapa nomor rekeningnya, bukan dia yang sengaja kasih nomor rekening dalam undangan.
Memberi hadiah kepada pengantin itu hak bukan kewajiban. Jadi, kalau dia datang, kemudian makan, menikmati hiburan, lalu bersalaman sembari memasukkan uang dalam amplop ke kotak, itu memang lazimnya.