Sehat jadi kesehatan, bersih jadi kebersihan, didik jadi pendidikan atau berpendidikan, ganteng bisa kegantengan, sukses bisa kesuksesan, dan lainnya. Imbuhan "ber" "an" memang lazim di ranah kebahasaan kita.Â
Maka itu, kalau kita bisa kalimat mau mudah berima di ujungnya, pakailah diksi akhirannya "an". Itu akan lebih gampang ketimbang akhiran lain. Coba saja kalau tak percaya.
Inilah sebab sederhana mengapa kemudian lagu ini viral dan dinyanyikan di mana-mana. Konteks lagunya bukan lagi pada ranah politik, melainkan sudah ke dalam keseharian.Â
Orang ngobrol di teras masjid juga enteng saja berdendang "PAN PAN PAN" ini padahal itu masjid yang secara aturan memang tak boleh dijadikan wahana politik praktis.Â
Namun, karena sudah mengakar, ya mau bagaimana lagi. Lagunya sudah kadung terkenal dan mereka yang mungkin bukan pemilih PAN pun ya enteng saja menyanyikannya. Kadang malah tak sadar ikutan melantunkan.Â
Saya misalnya. Sedang santai ya enteng saja "PAN PAN PAN", hehehe. Mungkin Anda juga begitu.
Jingle ini memang simpel. Mudah dipahami. Tidak perlu bikin kening berkerut dengan pesan yang sok idealis dalam konteks zaman sekarang.Â
Mungkin buat partai lain, bisa tiru cara PAN ini bikin jingle yang enak dan simpel. Soal kemudian banyak yang membuat parodi, justru itu letak kemenangan lagu ini.Â
Artinya, lagu "PAN PAN PAN" ini menginspirasi orang banyak untuk bikin yang serupa tapi tak sama.
Itu saja ide di kepala saya pagi ini. Yuk nyanyi, "PAN PAN PAN kamu nulisnya kapan.... " []
Foto pinjam di sini