Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu 2024 dan Urgensi Relawan Demokrasi

23 Mei 2023   14:56 Diperbarui: 23 Mei 2023   17:10 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simulasi pencoblosan Pemilu 2019 KPU Cianjur di Joglo, Cianjur, Jawa Barat. Kompas.com/Firman Taufiqurrahman

Orang semangat datang ke TPS karena dia punya harapan. Orang mau datang ke TPS dan mencoblos, hakulyakin bukan sekadar karena dikasih uang untuk memilih orang tertentu. 

Akan tetapi, saya dan mungkin semua Kompasianer misalnya, punya harapan bahwa yang kita pilih ini terpilih dan bisa menjadi penyambung kepentingan rakyat. 

Harapan itu yang kita bawa. Harapan itu yang kita usung. Harapan itu yang membuat kita masih punya keyakinan. 

Mungkin kecil harapan itu. Namun, sekecil apa pun peluang itu, ia ada kans untuk mengejawantah dalam kebaikan.

Dikutip dari tempo.co, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI August Mellaz mengatakan, komposisi pemilih dalam Pemilu 2024 akan didominasi oleh kelompok usia muda. Jumlah kelompok ini disebut mencapai 60 persen dari total pemilik suara sah.

"Berdasarkan data DP4 (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) dari pemerintah proporsi pemilih 2024 yang 14 Februari nanti mencapai usia 17-39 tahun itu 55 sampai 60 persen," kata dia saat menjadi narasumber acara KPU "Sumbang Suara Kaum Muda dalam Peran Menciptakan Pemilu 2024 Damai yang Bermartabat dan Deklarasi "Zillenial Dukung Pemilu Damai, Indonesia Bangkit Berdaya", Jumat, 17 Februari 2023.

Keempat, membangun komunikasi dua arah

Kini sudah bukan saatnya lagi informasi didominasi satu pihak. Mungkin penyelenggara pemilu bisa kasih informasi sebanyak-banyaknya berkenaan dengan pemilu. Namun, publik juga punya informasi yang hendak disampaikan.

Relawan demokrasi bisa menjadi penyambung dua komunikasi ini sehingga timbul dialog yang konstruktif. Dulu, kita kenal bahwa kotak pemilu itu dari kardus. Banyak tayangan yang menjelaskan soal itu. 

Publik melihat itu kasatmata. Akan tetapi, KPU juga memberikan alasan mengapa kardus duplex itu yang dipakai.

Penjelasan soal kehematan anggaran ini mesti menjadi pengetahuan publik. Sehingga publik juga percaya bahwa duplex pun kuat dan bisa digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun