Lembahnya menghijau. Warga memang bercocok tanam padi. Di sekitarnya pepohonan hijau masih rindang dan rimbun.Â
Siapa sih yang tak suka melihat alam yang hijau. Apalagi ini memang alamiah dan bukan bentukan manusia.
Tutupan hijaunya juga rapat. Jembatan yang dirakit dengan tali kokoh bertahun-tahun. Tak ada satu pun paku yang dipakai untuk membuat jembatan kokoh ini. Demikian kata seorang warga yang memandu kami menuju perkampungan Baduy Dalam.
Sungai juga jernih mengalirkan air. Batu-batu besar memecah gelombang air di aliran sungai. Gemericik airnya itu enak sekali didengar.Â
Silakan minum langsung air dari situ yang jernih sama sekali. Langsung keluar dari sumbernya di hutan sekitar.
Basuh muka Anda dengan air yang mengalir di perkampungan Kanekes ini. Segar. Benar-benar healing yang sempurna.Â
Jangan lupa, meski bukan tipikal yang selalu berzikir, paksakan mengucap alhamdulillah subhanallah ataupun allahu akbar kala mereguk setiap kesegaran alam Baduy Dalam.Â
Allah swt sudah ciptakan alam dengan begini rupa. Tinggal kitalah yang pintar-pintar mengelola dan menjaganya.
Keempat, bergaul dengan warga
Kami berkesempatan ngobrol lama dengan seorang pemuka adat di sini. Ia semacam perwakilan bagi pengunjung.Â
Kalau yang paling atas namanya Pu'un. Ini tetua adat yang levelnya paling tinggi. Tapi kita tak bisa ketemu dia jika tak ada maksud dan tujuan yang jelas.Â