Mungkin mereka berpikir kenapa orang-orang itu menikmati benar sungai sementara saban hari mereka mereguk kesyukuran dari alam sekitar.
Kanekes mengajarkan kepada kita membangun komunikasi verbal kepada warga di sana. Menyimak isi pembicaraan mereka tanpa kita mesti sibuk melihat notifikasi di ponsel. Menyimak kesederhaan mereka yang pakaian yang jenisnya hanya itu-itu saja.
Secara kultural, Baduy Dalam ke Kanekes ini memberikan arti memaknai hidup dengan baik. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan.
Kedua, trek jalan menantang
Trek jalan kaki menuju lokasi ini lumayan menantang. Jadi, nikmati saja perjalanan itu.Â
Masih bisa mengaktifkan ponsel jika dalam perjalanan ini. Jadi, kita masih bisa minta tolong teman untuk rekam atau bidik saat berjalan atau sengaja berpose dengan latar jembatan atau lembah Kanekes ini.
Jalan tanahnya memang lumayan didaki. Bagi yang tak terbiasa jalan kaki, lumayan juga. Anggap saja olahraga. Kalau sejak awal sudah niat healing, jadikan ini pelepas penat dan mencari sumber inspirasi baru.Â
Tak mengapa, buka ponsel sesekali untuk mencatat ide yang berseliweran di kepala. Saya juga demikian. Plus menyiapkan notes dan pena. Supaya ide yang muncul kala healing ini tak lewat begitu saja.
Dari pengalaman, kala berjalan pulang yang notabene menurun, itu jauh lebih berat ketimbang saat naik. Dengkul mesti kuat menahan pijakan kaki dan juga berat badan. Buat saya yang punya badan gempal lumayan juga rasanya berjalan turun.
Ketiga, pemandangan alam yang bagus
Pemandangan alam Kanekes tentu saja bagus. Bagus dalam artian ya alami.Â