Anak saya Mirai Al Biruni sekarang duduk di kelas 3 sekolah dasar. Di sekolahnya, SD Trisukses, Lampung Selatan, setiap Sabtu anak-anak diajak berwisata yang murah meriah.
Di dekat lokasi sekolah ada Taman Hutan Mikro, Dusun Serbajadi, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
Tujuan diadakan taman ini adalah untuk mendidik anak-anak punya kesadaran lingkungan dan konservasi secara mikro. Berwisata bagi anak-anak adalah hal yang menyenangkan.Â
Wisata alam di sini juga tak mewah. Lokasinya pun dekat dan dicapai dengan berjalan kaki.
Saban sabtu anak-anak sudah siap untuk wisata alam ini. Mereka membawa makanan dari rumah.Â
Para guru meminta anak-anak membawa makanan dalam wadah. Demikian juga minum dengan tumbler. Tujuannya, mengurangi sampah plastik.
Lauk yang dibawa juga dianjurkan ada sayurannya. Selain itu, diminta juga membawa buah meski sepotong pisang muli. Anak-anak senang kala diajak guru untuk keTaman Hutan Mikro.
Namanya saja mikro. Jangan bayangkan hutan lebat dengan rerimbunan pohon yang sarat menutupi sinar matahari. Area taman ini kecil saja.Â
Hanya beberapa puluh meter persegi. Di dalamnya memang rapat ditanam pepohonan.Â
Ada beberapa batang pohon jati yang lumayan tinggi dan berdaun rimbun. Beberapa tumbuhan obat juga ditanam di sini.Â
Memang masih membutuhkan perhatian untuk menjadikan taman ini menjadi miniatur hutan betulan. Tapi sebagai sarana wisata alam yang dekat dengan sekolah dan perumahan warga, jadilah.
Anak-anak juga diajarkan untuk mencintai lingkungan. Mereka diminta tidak merusak, mencabut dedaunan, atau mematahkan dahan pohon. Di taman ini, siswa juga diajak untuk mengenal tanaman tropis khas Indonesia.
Anak-anak mencatat dengan baik keterangan para guru. Sebisa mungkin mereka simak meski mungkin masih agak mengawang-awang bagi anak-anak kelas 3 sekolah dasar.
Para guru juga mengajarkan betapa pentingnya hutan untuk kehidupan. Berwisata tanpa alam yang terjaga kelestariannya tentu hal yang percuma. Anak-anak dipancing untuk mengetahui betapa pentingnya alam dan hutan sekitar.
Setidaknya, jika masih ada hutan di sekitar, ada daerah resapan air yang berguna untuk masyarakat. Siswa juga diberikan pemahaman kalau hutan rusak, lingkungan juga rusak. Kita akan kesulitan memperoleh air dan ancaman banjir.
Anak-anak juga nyambung dengan penjelasan guru mereka. Sebab, di lokasi itu juga mengalir sungai kecil.Â
Anak-anak senang bermain di situ. Mereka membenamkan kaki mereka di sana. Ada yang duduk dan memainkan air yang memercik.
Guru menjelaskan betapa ada kaitan erat antara hutan tadi dengan air yang mengalir di sungai. Jika tak ada hutan, tak ada pohon yang akarnya bisa menyerap air. Dan karena tak ada akar pohon yang serap air, kita takkan punya cadangan air bersih di dalam tanah.
Anak-anak juga diberikan pemahaman bahwa berwisata alam itu bisa di tanah air sendiri. Masih banyak lokasi yang menarik di sekitar kita untuk berwisata. Bangga berwisata di Indonesia.
Apalagi adanya Taman Hutan Mikro itu memang bertujuan mengedukasi siswa agar kenal dengan alam dan merawatnya dengan penuh cinta kasih.
Usai puas berjalan berkeliling taman dan sungai, anak-anak pun makan siang. Mereka membuka bekal masing-masing.Â
Sesekali mereka melihat menu teman di sebelahnya. Tak sungkan mereka bertukar lauk. Suasana segar sekali.Â
Udara yang dihirup juga bersih. Tak ada suara knalpot kendaraan satu pun di sekitar Taman Hutan Mikro ini.
Ini sebuah pengajaran kepada kita bahwa berwisata alam di tanah Indonesia itu lebih dari apa pun. Rasa kecintaan terhadap alam bisa dipatrikan sejak dini.Â
Siswa pun akan menyadari betapa pentingnya alam yang segar seperti ini. Andai di tiap desa ada yang mau urunan tanah beberapa meter persegi atau membebaskan sekian meter saja, pastilah taman serupa ini banyak adanya.
Ini adalah ikhtiar nyata anak-anak bangsa merawat alamnya. Mungkin sekarang baru terbatas yang ke sini dan memanfaatkannya.Â
Namun ke depan boleh jadi destinasi ini jadi favorit untuk warga dalam skala lebih luas. Tentu mesti ada peningkatan dalam hal varian tanaman dan pepohonan. Serta ada keberpihakan dari pemangku kepentingan lain untuk menjaga ekosistem alam ini sehingga lebih baik lagi. [Adian Saputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H