Anak-anak juga diajarkan untuk mencintai lingkungan. Mereka diminta tidak merusak, mencabut dedaunan, atau mematahkan dahan pohon. Di taman ini, siswa juga diajak untuk mengenal tanaman tropis khas Indonesia.
Anak-anak mencatat dengan baik keterangan para guru. Sebisa mungkin mereka simak meski mungkin masih agak mengawang-awang bagi anak-anak kelas 3 sekolah dasar.
Para guru juga mengajarkan betapa pentingnya hutan untuk kehidupan. Berwisata tanpa alam yang terjaga kelestariannya tentu hal yang percuma. Anak-anak dipancing untuk mengetahui betapa pentingnya alam dan hutan sekitar.
Setidaknya, jika masih ada hutan di sekitar, ada daerah resapan air yang berguna untuk masyarakat. Siswa juga diberikan pemahaman kalau hutan rusak, lingkungan juga rusak. Kita akan kesulitan memperoleh air dan ancaman banjir.
Anak-anak juga nyambung dengan penjelasan guru mereka. Sebab, di lokasi itu juga mengalir sungai kecil.Â
Anak-anak senang bermain di situ. Mereka membenamkan kaki mereka di sana. Ada yang duduk dan memainkan air yang memercik.
Guru menjelaskan betapa ada kaitan erat antara hutan tadi dengan air yang mengalir di sungai. Jika tak ada hutan, tak ada pohon yang akarnya bisa menyerap air. Dan karena tak ada akar pohon yang serap air, kita takkan punya cadangan air bersih di dalam tanah.
Anak-anak juga diberikan pemahaman bahwa berwisata alam itu bisa di tanah air sendiri. Masih banyak lokasi yang menarik di sekitar kita untuk berwisata. Bangga berwisata di Indonesia.
Apalagi adanya Taman Hutan Mikro itu memang bertujuan mengedukasi siswa agar kenal dengan alam dan merawatnya dengan penuh cinta kasih.
Usai puas berjalan berkeliling taman dan sungai, anak-anak pun makan siang. Mereka membuka bekal masing-masing.Â
Sesekali mereka melihat menu teman di sebelahnya. Tak sungkan mereka bertukar lauk. Suasana segar sekali.Â