Ada cerita lucu malam itu. Sebelum banyak tampilan dari peserta PMM ini, Rektor Nasrullah Yusuf kasih sambutan.Â
Ia bercerita hal yang membuatnya tertawa. Ia bilang pernah memarahi mahasiswa karena rambutnya gondrong.Â
Pagi-pagi ia lihat ada mahasiswa gondrong. Padahal di Teknokrat, mahasiswa dilarang gondrong dan harus rapi di kampus. Termasuk mengenakan kemeja dan bersepatu.
Pak Nasrullah sempat memarahi mahasiswa itu dan memintanya keluar dari area kampus. Si mahasiswa bengong saja. Ia juga tak tahu kesalahannya apa.Â
Usut punya usut persoalan itu selesai dengan gelak tawa. Pak Nasrullah tak tahu kalau itu mahasiswa peserta PMM. Sementara itu, si mahasiswa juga belum akrab dengan rektor kampus tempatnya menjalani pertukaran.
Saat sambutan di depan, Pak Nasrullah kemudian memanggil mahasiswa yang sempat kena semprot di awal program ini. Sebagai permintaan maaf, Pak Nasrullah memberikan mahasiswa itu sebuah buku.
Merujuk ke kampusmerdeka.kemdikbud.go.id, ada 3 tujuan program ini, yakni mengeksplor dan mempelajari keberagaman budaya Nusantara; berteman dengan mahasiswa dari berbagai daerah; kesempatan belajar di kampus lain di Indonesia.
Kasatmata sejauh ini, perihal mempelajari keberagaman budaya Nusantara memang menemukan momentum yang pas. Dengan mukim di daerah tertentu, peserta PMM bisa merasakan betul betapa kaya khazanah budaya Indonesia. Dari sisi ucapan, uluk salam, kebendaan, dan lainnya terasa benar adanya kebhinnekaan.
Kita juga ingin agar kemajemukan khazanah budaya Nusantara itu memang benar-benar dipahami dengan baik. Tidak semua mesti seragam. Sebab, Indonesia memang dibentuk dari beraneka ragam suku bangsa, agama, budaya, dan lainnya.
Semua tinggal dipersatukan dalam wadah besar bernama Indonesia. Dari situlah semua bisa bersinergi untuk mewujudkan mimpi besar Indonesia.
Dalam konteks mahasiswa, saya menduga agak lebih mudah proses pembelajaran budaya ini. Sebab, sebagai insan akademik, mereka tentu didorong untuk menggunakan logika dengan baik.Â