Barangkali tak hanya saja. Mungkin dosen dan rektor sekalipun tertegun.Â
Para peserta program ini mementaskan kepahlawanan Radin Inten II dalam drama yang mereka mainkan kurang lebih dua puluh menit.
Ya benar, mereka yang asalnya dari luar Lampung, mementaskan kepahlawanan Radin Inten II, pahlawan nasional asal Lampung.Â
Tata musik yang apik, suara yang sudah direkam sebelumnya, dan riasan para pemain, patut diacungi jempol. Mereka totalitas dalam memainkan fragmen demi fragmen perihal pahlawan nasional ini.
Setakat ini Lampung baru punya 1 pahlawan nasional, Radin Inten II. Namanya kini jadi nama bandara, kampus UIN, dan jalan raya di pusat Kota Bandar Lampung.
Saya kagum kepada mahasiswa ini yang punya ide mementaskan pahlawan daerah tempat mereka studi selama beberapa bulan ini. Saya sendiri sampai sekarang belum sekalipun memainkan pentas Radin Inten II.Â
Mungkin juga banyak yang hadir malam itu yang sama sekali belum pernah memainkan peran pahlawan nasional asal Lampung itu.
Jangankan memainkan, mungkin baru kali itu juga kami melihat pementasan kepahlawanan Radin Inten II. Sungguh, saya tidak mengada-ada.Â
Mungkin saya yang kurang menonton sendratari semacam itu. Namun, seingat saya, memang baru kali ini menonton drama soal Radin Inten II.
Achmad Yudi Wahyudin juga senang para mahasiswa se-Indonesia ini kepikiran mementaskan kepahlawanan Radin Inten II.
Soal nilai akademik mereka selama belajar di Teknokrat, Yudi angkat dua jempol. Tak ada masalah soal itu.Â