Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pemain Sepak Bola Indonesia Sulit Masuk Surga

22 Maret 2023   09:04 Diperbarui: 22 Maret 2023   09:17 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari kompas.com

Istri saya bilang kalau semua pemain sepak bola itu sulit masuk surga. Kata dia, dosa pemain sepak bola itu besar sekali. Setiap kali main, selalu bikin dosa.

Saya kemudian tanya, kenapa bisa demikian. Ia bilang begini. Mana bisa masuk surga kalau semua aktivitas dalam permainan itu tipu-tipu semua.

Dia bilang ke saya coba perhatikan apa kata presenter bola dan komentator ketika memberikan ulasan pertandingan sepak bola. Khususnya lagi di dalam negeri.

Misalnya, kata istri saya. Pemain selalu mengecoh lawannya. Melakukan gerak tipu untuk mengibuli lawannya.

Kadang suka diving alias pura-pura jatuh di dalam kotak penalti supaya dapat tendangan 12 pas. Ada juga pemain yang hobinya mengelabui kiper lawan sehingga mudah menceploskan bola.

Sering juga pemain sepak bola pura-pura kesakitan dan telentang di lapangan karena mengaku kram padahal tidak. Ada juga pemain sepak bola yang lama sekali meninggalkan lapangan padahal mestinya lekas keluar untuk ganti pemain. Dan masih banyak lainnya.

Istri saya terkesan benar dengan diksi yang dipilih presenter bola yang konotasinya negatif. Menipu, mengecoh, mengelabui, dan lainnya. Seolah-olah tidak ada diksi yang lebih elegan untuk disematkan kepada pemain bola.

Saya tertawa saja begitu ia sampaikan demikian. Karena menarik dan soal kebahasaan, ini saya kompasiana-kan saja.

Kalau kita simak pertandingan sepak bola, khususnya di Indonesia, memang kosakata yang semacam itulah yang sering diujarkan. Ketika ujung tombok berusaha melewati hadangan bek lawan, ia berusaha melakukan gerak tipu. Ia melakukan tipuan sehingga bek mudah dilewati.

Demikian juga seorang gelandang bertahan berusaha mengelabui pemain lawan agar bola tetap merapat di kakinya. Bek juga tak sungkan mengecoh pemain lawan agar bola tak membahayakan gawang timnya.

Ya dalam pertandingan memang strategi yang penting. Kemudian ditunjang kepiawaian pemainnya.

Namanya juga pertandingan, pasti ada usaha untuk menang. Lazimnya permainan sepak bola, tujuan utama adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.

Guru olahraga saya sewaktu di SMPN 2 Tanjungkarang sudah kasih tahu itu waktu kami sekolah.

Jadi, kalau dalam pertandingan, ada tipu muslihat supaya menang, ya wajar saja. Syarat utama tentu saja tidak melanggar aturan permainan.

Sepak bola itu enak dilihat karena punya aturan. Gawat jadinya kalau mains sepak bola tidak ada aturan. Karena ada peraturan itulah sepak bola sampai kini menjadi olahraga paling populer di dunia, termasuk di Indonesia.

Mengecoh misalnya. Asal katanya kecoh. Dalam kamus kita, makna kecoh adalah tipu daya (terutama kecurangan yang merugikan orang, seperti barang palsu dikatakan tulen, mengurangi berat atau ukuran barang, mencampuri dengan barang yang kurang baik).

Mengecoh artinya menipu, mengakali (terutama dengan cara-cara yang kurang baik); membohongi (dengan maksud menipu).

Mengelabui juga maknanya sama. Masih dalam kamus kita, mengelabui maknanya menyesatkan pandangan; menipu. Lagi-lagi dia punya kesamaan di kosakata menipu. Duh duh duh.

Sedangkan makna menipu lebih jelas lagi. Dalam kamus disebutkan, menipu adalah mengenakan tipu muslihat; mengakali; dan memperdayakan.

Soal diksi-diksi tadi yang kata istri saya bikin pemain sepak bola khususnya di Indonesia, itu lebih pada pilihan. Mungkin ada diksi lain sehingga tidak konotasinya jelek.

Andaipun tak ada, ya tak masalah. Namanya juga pertandingan.

Siapa yang paling pintar mengecoh, paling piawai mengelabui, paling pintar belakukan tipuan, kans menang paling besar.

Syaratnya itu tadi. Aturan tetap ditegakkan. Selamat memasuki puasa Ramadan. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun