Namanya juga pertandingan, pasti ada usaha untuk menang. Lazimnya permainan sepak bola, tujuan utama adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.
Guru olahraga saya sewaktu di SMPN 2 Tanjungkarang sudah kasih tahu itu waktu kami sekolah.
Jadi, kalau dalam pertandingan, ada tipu muslihat supaya menang, ya wajar saja. Syarat utama tentu saja tidak melanggar aturan permainan.
Sepak bola itu enak dilihat karena punya aturan. Gawat jadinya kalau mains sepak bola tidak ada aturan. Karena ada peraturan itulah sepak bola sampai kini menjadi olahraga paling populer di dunia, termasuk di Indonesia.
Mengecoh misalnya. Asal katanya kecoh. Dalam kamus kita, makna kecoh adalah tipu daya (terutama kecurangan yang merugikan orang, seperti barang palsu dikatakan tulen, mengurangi berat atau ukuran barang, mencampuri dengan barang yang kurang baik).
Mengecoh artinya menipu, mengakali (terutama dengan cara-cara yang kurang baik); membohongi (dengan maksud menipu).
Mengelabui juga maknanya sama. Masih dalam kamus kita, mengelabui maknanya menyesatkan pandangan; menipu. Lagi-lagi dia punya kesamaan di kosakata menipu. Duh duh duh.
Sedangkan makna menipu lebih jelas lagi. Dalam kamus disebutkan, menipu adalah mengenakan tipu muslihat; mengakali; dan memperdayakan.
Soal diksi-diksi tadi yang kata istri saya bikin pemain sepak bola khususnya di Indonesia, itu lebih pada pilihan. Mungkin ada diksi lain sehingga tidak konotasinya jelek.
Andaipun tak ada, ya tak masalah. Namanya juga pertandingan.
Siapa yang paling pintar mengecoh, paling piawai mengelabui, paling pintar belakukan tipuan, kans menang paling besar.