Itu dilakukan untuk membuka kebekuan pergaulan dan memulai kerja sama yang baik. Meski sibuk sekalipun, mereka tetap memaksakan datang duluan ke media massa. Apatah lagi posisi mereka unggul dalam hitung cepat dengan selisih yang lumayan telak.
Susilo Bambang Yudhoyono mungkin mesti mengingat SCTV yang kala itu dipimpin Karni Ilyas di Liputan6-nya. Mengapa demikian?Â
Karni Ilyas-lah yang merancang acara khusus wawancara dengan Yudhoyono usai jenderal itu tak lagi menjadi menkopolkam era Presiden Megawati Sukarnoputri.Â
Karni sudah mencium gelagat kalau ke depan jenderal ini akan menjadi sosok penting. Sebuah garizah yang di kemudian hari benar.Â
Yudhoyono adalah presiden Indonesia hasil dua kali pemilu, 2004 dan 2009. Ia berkuasa 10 tahun, dari 2004 hingga 2014.
Karni-lah yang mengundang Yudhoyono untuk bercerita apa yang terjadi saat itu. Usai tayangan di Liputan6 SCTV itu, Yudhoyono bak bintang terang.Â
Namanya semakin moncer. Perolehan perdana Partai Demokrat besutannya lumayan tinggi hingga ia diusung jadi presiden dan menang.Â
Maka, kalau Yudhoyono masih berkarib dengan media massa, itulah wujud ingatannya dulu pernah diberi ruang oleh media massa.
Jokowi juga demikian. Ia tentu masih ingat kala sebuah liputan MetroTV saat ia memindahkan pedagang pasar ke lokasi lain tanpa ada keributan. Bahkan, dibuat seperti karnaval budaya.Â
MetroTV bisa dibilang media massa pertama yang mengangkat nama Jokowi ke pentas nasional. Jokowi kala itu masih wali kota Solo. Tapi, intuisi bos di MetroTV barangkali sudah mengendus orang ini bakal jadi presiden kelak.Â