Kami kan rakyat ini bayar juga tidak "gratis-gratis" amat. Tambahkanlah jumlah obat minimal sampai lima hari saja kalau tak mau untuk seminggu.
Ketiga, jangan lagi ada alasan tak ada kamar
Saya menduga, banyak pengguna BPJS Kesehatan yang pernah alami ini. Bawa pasien untuk rawat inap, eh kamar penuh.Â
Ada juga kasusnya hanya kamuflase. Kamar ada, hanya mesti naik kelas. Karena naik kelas, ada pembayaran di luar premi bulanan peserta.
Ke depan, persoalan seperti ini tolong jangan ada lagi. Pastikan dari bagian penerimaan pasien tahu jumlah kamar yang tersedia untuk mereka yang rawat inap.Â
Jadi, jika ada pasien datang ke UGD dan dokter jaga merekomendasikan rawat inap, administrasi segera tanggap. Tentulah ada mekanisme ke arah sana. Diperbaiki dan dibikin simpel saja.
Jangan malah pasien sudah megap-megap, infus sudah dipasang, dokter jaga bilang rawat inap, kamar dibilang penuh. Persoalan seperti ini tak boleh terulang. Rumah sakit adalah entitas yang juga mesti dikelola profesional. Termasuk di dalamnya mekanisme penerimaan pasien yang hendak rawat inap.
Keempat, waktu tunggu yang begitu lama
Kadang ada pasien sudah datang pagi tapi baru dipanggil tiga sampai empat jam kemudian. Beragam alasan dikemukakan.Â
Kompas.com pada November 2022 mewartakan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi marah-marah di RSUD dr Soewandhie. Gara-garanya, ia menilai pelayanan rumah sakit lambat kepada pasien. Sehingga, pasien menunggu lama untuk bisa ketemu dokter dan konsultasi serta dikasih obat. Beritanya ada di sini.Â
Oleh karena itu, sistemnya mesti dibenahi dan ditingkatkan. Dengan begitu, hal-hal yang seperti ini tidak terulang.Â