Misalnya, paket wisata ke Labuan Bajo dibikin sekian hari dengan harga premium. Dengan begitu, semua elemen yang menyangkut pariwisata tadi bisa hidup. Plus dengan ekonomi kreatif di dalamnya.
Jangan suruh masyarakat kelas menengah ke bawah spending money. Itu tetap mereka lakukan. Konsumsi rumah tangga sudah jelas.Â
Cicilan KPR pun barangkali mayoritas iya dilakukan. Kebutuhan digital masyarakat juga masih terpelihara.
Pekerjaan rumah pemerintah tentu saja mendorong orang-orang kaya beli kendaraan baru, rajin menonton konser, makan tiap pekan di restoran, dan rekreasi ke objek pariwisata kelas wahid di Indonesia.
Kelima, spending money dengan filantropi
Saya punya gagasan agar orang-orang berpunya meningkatkan spending money-nya dengan peningkatan filantropi. Misalnya jelang Ramadan dan Lebaran nanti, zakat mal diperhatikan. Dikeluarkan 2,5 persen dari total harta yang sudah mencapai ambang batasnya yakni senilai 85 gram emas.
Saya hakulyakin, dunia filantropi kita akan mendapat banyak asupan dari gerakan filantropi ini. Khususnya untuk lembaga amil zakat dan kemanusiaan yang terverifikasi Baznas.Â
Spending money dalam konteks filantropi juga akan menggerakkan perekonomian. Dengan memperbanyak bantuan modal kepada duafa, berarti ada lonjakan uang yang beredar.
Duafa bisa membeli bahan baku untuk mereka berusaha. Dengan demikian, ada pendapatan yang mereka terima untuk kemudian dibelanjakan demi menaikkan komposisi konsumsi rumah tangga nasional.
Semoga lima argumentasi soal ajakan spending money Presiden Jokowi bisa terealisasi. Semua demi hajat hidup orang banyak dan orang kebanyakan.Â
Terima kasih sudah membaca dengan saksama dan dalam durasi yang sedang-sedang saja. [Adian Saputra]