Pendek kata, profesi ini tampak tak begitu populer. Ia tersisih jika disandingkan dengan profesi lain, semisal guru, dokter, karyawan kantoran, dosen, dan sebagainya. Beberapa teman Rosi memberikan masukan agar ia tetap percaya diri dengan program studi yang ditekuninya.
Ada beberapa alasan yang barangkali menjadi sebab profesi ini tak begitu populer. Karena tak populer itu kemudian dipandang sebelah mata.
Pertama, kerja pustakawan diam di tempat
Kemungkinan pertama karena kerja pustawakan ini diam di tempatnya. Relatif ruang lingkup hilir mudiknya hanya di ruang besar yang berisi buku dengan suasana hening. Karena berdiam di tempat, ia tak punya cukup akses untuk keluar. Kalau pustakawannya keluar, pengunjungnya bagaimana dong?
Berdiam di tempat memang menjadi dapukan utama pustakawan. Kalaupun ia bergerak, ruangnya sangat terbatas.Â
Apalagi yang berkunjung ke perpustakaan pun tentu tak sebanyak yang berkunjung ke kantin. Juga tak sebanyak mereka yang pilih kafe untuk baca dan menulis.Â
Dengan kata lain, ruang ini menjadi kungkungan bagi pustakawan untuk bergerak. Walhasil, mereka tak dikenal banyak orang.Â
Mungkin menarik juga bila diriset berapa banyak pengunjung perpustakaan di sebuah SMA atau perpustakaan daerah setahunnya. Dari situ ketahuan jumlah pengujung.Â
Ambil rerata separuh saja yang kenal pustakawannya. Itulah orang yang riil dengan pustakawan tersebut.
Kedua, tak banyak interaksi