Jika ada kata baru menambah perbendaharaan, silakan dientri. Saya suka membaca-baca kamus bahasa kita. Kalau ada kata yang oke, silakan dipakai.
Saya juga baru tahu ada sinonim dari stunting, yakni tengkes. Maknanya sama, yakni gagal tumbuh kembang. Jika itu mau dipakai, silakan. Kalau menulis soal gempa Turki-Suriah, silakan selang-seling dengan lindu.
Keempat, SPOK sebagai rujukan
Guru bahasa Indonesia kita sejak SD sering menerakan soal SPOK. Ini pakem baku kala menulis. Subjek, predikat, objek, keterangan disingkat SPOK.Â
Mau merujuk baku dengan ini juga boleh. Sebab, ini menuntun kita rapi dalam menata kalimat.
Kalaupun mau lebih lentur, juga silakan. Mungkin ada di antara kita yang punya kelenturan dalam menata kalimat. Selama masih bisa dipahami dan enak dibaca, silakan saja.Â
Bahasa itu terkadang bergantung juga pada citarasa. Bagaimana enaknya saja. Yang penting, tulisan mudah dipahami dan enak dibaca.
Kelima, atur paragraf
Umumnya satu alinea itu mengandung satu pokok pikiran utama. Guru bahasa Indonesia kita sejak SD mengajarkan itu. Upayakan satu paragraf itu adalah satu pokok pikiran yang diutamakan.
Kadang dalam penulisan untuk media konvensional, satu alinea bisa sampai 3-4 kalimat. Untuk media daring, semacam Kompasiana, mungkin bisa dilenturkan.Â
Maksudnya, karena dibaca di gawai, tampilan paragraf mesti enak kelihatan. Maka itu, bisa dibuat 2-3 kalimat saja. Itu pun dengan catatan kalimat sudah dibikin ramping.Â