Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Sambo, Media Massa, dan Referensi Kedua

14 Februari 2023   08:30 Diperbarui: 14 Februari 2023   19:27 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ferdy Sambo. Foto: Kompas.com

Sejak awal kasus muncul, kita juga akrab dengan nama Brigadir J atau Brigadir Yoshua. Ini referensi kedua yang dipilih media massa untuk menyebut korban pembunuhan Bharada Eliezer.

Nama ini juga menarik jika dilihat referensi kedua yang dipilih media massa. Eksekutor pembunuhan Yoshua ini memiliki nama lengkap Richard Eliezer Pudihang Lumiu. 

Ia kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 24 tahun yang lalu, tepatnya 14 Mei 1998. Ia lahir jelang Suharto jatuh.

Eliezer dipilih sebagai penyebutan namanya ketimbang menyematkan Richard atau Lumiu sebagai mungkin nama marga atau keluarga sebagaimana Sambo disebut.

Pendeknya, di kita, memang belum ada kesepakatan referensi kedua untuk nama kita itu apa. Kebanyakan sih nama depan. 

Saya misalnya, Adian Saputra. Sejak dahulu ya referensi keduanya Adian. Entah kalau saya tiba-tiba dapat beasiswa Nieman Fellowship ke Harvard University di Amerika sana, referensi kedua saya pasti Saputra. 

Setidaknya kalau disapa dosen di sana ketika kuliah mungkin ketemu Bill Kovach saya disapa Saputra. Atas narasi ini saya aminkan saja.

Buat Anda yang mungkin bakal jadi tokoh publik atau media darling, silakan pikirkan referensi keduanya apa. Mau pakai nama depan, pakai nama tengah, atau pakai nama marga atau keluarga yang tertera di belakang. Buat Kompasianer asal Banda Aceh Masykur Mahmud juga mesti pikirkan matang-matang referensi kedua. 

Siapa tahu kalau beasiswa ke negara Skandinavia mulus, bisa jadi media darling di sana. Biarkan kalau wartawan di sana sapa dengan Tuan Mahmud. Hmmm, unik juga dan saya agak geli-geli gimana gitu dengarnya, hahaha. Terima kasih sudah membaca artikel ini dengan saksama. [Adian Saputra]

Gambar pinjam dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun