Abdul Hakim bilang dia bekerja sebagai wakil rakyat dari Senayan dan mau menyampaikan kunjungan dia ke Presiden Joko Widodo. Orang tadi tetap menggeleng.
Usai berjalan kurang lebih setengah jam, kami tiba di dalam perkampungan suku Baduy Dalam. Ponsel dalam posisi mati.
Kami diterima di sebuah rumah milik tokoh suku Baduy Dalam. Â Semua peralatan di dalamnya sangat sederhana. Pakaian mereka pun sebagaimana sering kita sering lihat di media massa.
Kami dijamu dengan air putih dan gula aren. Saya mengambil sedikit saja.Â
Obrolan demi obrolan berlangsung hangat. Kami mencoba lagi "melobi" agar bisa ketemu Pu'un. Tetua adat sambil senyum bilang tidak bisa.
Abdul Hakim etnik Sunda, sama dengan saya dari garis Ibu juga orang Sunda asal Pandeglang, Banten. Pembicaraan kami selanjutnya pakai bahasa Sunda. Makin akrab dan terus mengalir sepanjang sejam pembicaraan.
Kami diberi tahu bahwa suku Baduy Dalam sangat menghormati alam. Mereka hanya bertani sebagai penghidupan utama.Â
Pohon-pohon besar tampak melingkupi suasana kampung. Rongga paru-paru terasa segar saban menghirup udara dalam-dalam.
Suasananya hening sekali. Benar-benar cocok buat yang mau melepas penat dan hidup tanpa gawai apalagi media sosial. Sungai pun bersih.
Anak-anak mereka berpakaian sederhana. Tanpa alas kaki, mereka saban hari berjalan berkilo-kilometer.Â
Tetua adat di sini juga mengerti sedikit-sedikit soal negara. Dia tahu sekarang presiden namanya Jokowi.Â