Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjawab Irwan R Sikumbang: Mempertahankan Kompas dengan Gagasan Bernas

17 Januari 2023   11:49 Diperbarui: 18 Januari 2023   13:14 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih napas redaksinya demikian. Saya tak sempat lagi mencari frasa itu di internet karena laptop saya minim daya akibat Bandar Lampung sejak malam padam nyala listriknya.

Kompas yang harian saya usul supaya memperbanyak opini dari pakar dan kolumnis. Banyak kolumnis eks wartawan Kompas yang punya perspektif menarik untuk ditulis. Pembaca pasti tunggu itu.

Dulu ada lembar "Freez" Kompasiana di Kompas. Halaman itu saya usul ada setiap hari atau minimal sepekan sekali di Kompas.id. memperbanyak ruang kepada pelanggan adalah keunggulan dan kewajiban koran.

Sebab, itu adalah implementasi Kompas menyediakan ruang publik sebagaimana satu dari 9 Elemen Jurnalisme yang dikembangkan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel.

Kompas mesti sedikit membedakan antara versi cetak dan id-nya. Saran saya desain dan grafisnya disesuaikan dengan tren masa sekarang. Jangan berubah ke id, dalamannya masih napas cetak semua, sama saja bohong.

Kompas mesti berani berbeda. Meski ada perubahan, tetap tidak mereduksi nilai yang sekarang. Itu hanya pilihan dan strategi. Ini yang dimaksud Bang Irwan agar Kompas punya segmentasi pembaca anak mudanya.

Setidaknya membuat segementasi baru yang mungkin belum diceruki koran digital lain.

Saya sih inginnya ada perubahan tampilan dan konten sebanyak separuh dari sebelumnya.

Kalau sekadar memindahkan bentuk cetak ke digital, itu sih Republika sudah duluan bertahun-tahun lalu sejak koran mereka masih berjaya dan bersanding dengan Kompas sebagai dua koran besar di Tanah Air.

Perubahan ke id meskipun maknanya membawa edisi cetak ke digital, tetap mesti punya perubahan dan daya tarik milenial yang kuat. Kasihlah di bagian kaki atau bawah koran itu satu rubrik yang tiap hari berkaitan dengan milenial.

Isunya tentu banyak. Cek saja saban hari di media sosial. Dari situ Kompas bisa merajut komunikasi bersama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun