Soal celana jeans juga dalam konteks salat, buat saya tidak ada masalah. Apalagi jeans yang dipakai kondisinya memang masih bagus. Yang paling penting dalam salat tentu saja kebersihannya, bukan?
Sekarang untuk kampus. Kalau saya berpendapat, selama masih dalam kondisi layak dan bersih, kaus oblong dan celana jeans masih berkenan untuk dipakai. Apalagi kalau sampai dimasukkan, pasti lebih elegan.Â
Selama masih bersepatu, saya kira masih oke-oke saja. Soal alas kaki di kampus ini, saya juga baku untuk sepatu.Â
Kini juga sudah tak musim ada mahasiswa mengenakan alas kaki sepatu-sandal ke kampus. Zaman saya kuliah satu-dua orang masih ada. Tapi secara umum sepatu semuanya.
Namun, bagaimana dengan kampus yang ketat dalam aturan soal pakaian ini?Â
Karena berada pada lingkungan yang menerapkan itu, saya pun sepakat untuk mengikutinya. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Silakan pakai kemeja atau minimal kaus berkerah serta celana berbahan kain non-jeans Anda serta sepatu.
Memang benar, intisari kehidupan kampus lebih pada kemampuan mahasiswa menyerap pengetahuan di kelas dan bisa mempraktikkannya pascalulus.Â
Selain itu, di kampus mahasiswa bisa mengambil sebanyak mungkin pengalaman agar lebih siap mencari kerja atau membuka lapangan kerja usai lulus.Â
Di konteks ini, mau pakai kaus oblong dan celana jeans sebetulnya tidak menemui kendalanya.
Namun, di kampus juga ada aturan yang mesti diikuti. Itulah sikap kita toleran dengan aturan yang melingkupi. Demikian pula di masjid tadi yang menganjurkan kita mengenakan pakaian "pantas".Â
Alhasil kita makin membiasakan juga dengan kemeja atau batik saat menjalankan salat lima waktu di masjid. Untung ada kipas angin, agak menolong keringat tidak begitu membanjiri.